Selasa, 13 Desember 2011

[Koran-Digital] Tiga BUMN Duafa Diprivatisasi, Apa Alasannya?

Tiga BUMN Duafa Diprivatisasi, Apa Alasannya?
Tiga BUMN duafa --sebutan untuk BUMN yang terus-menerus merugi-- akan
segera diprivatisasi
Selasa, 13 Desember 2011, 23:26 WIB
Arinto Tri Wibowo, Syahid Latif, Iwan Kurniawan


VIVAnews - Setelah sempat tertunda, tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang tengah mengalami kesulitan keuangan akhirnya bakal terselamatkan.
Tiga BUMN duafa --sebutan untuk BUMN yang merugi terus-terusan-- akan
segera diprivatisasi.

Mereka adalah PT Cambrics Primissima yang bergerak di bidang pemintalan,
penenunan, hingga produksi kain blaco dan bahan untuk garmen. PT Kertas
Padalarang yang memproduksi kertas, serta PT Sarana Karya yang bergerak
di bidang industri pertambangan aspal buton.

Metode privatisasi yang akan dilakukan adalah akuisisi atau menjalin
mitra strategis dengan perusahaan BUMN lain.

Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Airlangga Hartarto, mengatakan
bahwa PT Kertas Padalarang nantinya akan diambil alih oleh PT Perusahaan
Umum Percetakan Uang RI (Perum Peruri). Sementara itu, PT Sarana Karya
akan diakuisisi PT Wijaya Karya Tbk.

"Sedangkan Primissima, akan menjalin mitra strategis dengan Gabungan
Koperasi Batik Indonesia," kata Airlangga kepada VIVAnews.com di
Jakarta, Selasa 13 Desember 2011. Airlangga menambahkan bahwa
privatisasi tiga BUMN tersebut diharapkan dapat terealisasi pada 2012.
Sebab "Ini sebenarnya program carry over pada 2010," ujarnya.

Sebelumnya, Perum Peruri memang sudah lama berminat untuk mengakuisisi
Kertas Padalarang. Pengajuan penawaran pembelian saham pemerintah di
Kertas Padalarang sudah diajukan sejak 2009. Peruri akan membeli saham
Kertas Padalarang, karena perusahaan membutuhkan kertas dan tempat
pencetakan uang.

Sementara itu, kemitraan Cambrics Primissima dengan Gabungan Koperasi
Batik Indonesia sebenarnya hanya memperkuat posisi perseroan. Sebab,
Primissima adalah perusahaan patungan antara pemerintah dan Gabungan
Koperasi Batik Indonesia.

Selanjutnya, antara Sarana Karya dan Wijaya Karya memiliki kemiripan
usaha. Wijaya Karya memiliki anak usaha, PT Wika Beton, yang bergerak di
bidang industri beton pracetak untuk properti, bantalan rel kereta api
hingga produk beton untuk jembatan,

Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjelaskan,
tertundanya privatisasi tiga BUMN duafa tersebut karena pemerintah
hingga saat ini belum memperoleh persetujuan tertulis dari DPR.

Dalam materi rapat kerja Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan, dengan
Komisi VI DPR pada Senin 12 Desember 2011 disebutkan, rencana
privatisasi tiga BUMN itu sebetulnya sudah diajukan pada 2010. Namun,
karena belum terealisasi, maka perlu mendapat persetujuan lagi dari DPR
pada 2011.

Pada Februari 2010, Kementerian BUMN juga telah mendapat arahan dari
Komite Privatisasi melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian selaku ketua Komite Privatisasi.

Bahkan, rencana privatisasi tersebut sudah dibahas beberapa kali dalam
rapat dengar pendapat antara Komisi VI DPR dan Kementerian BUMN yang
diwakili oleh Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis
BUMN. Pada rapat itu, DPR memastikan akan ada pengambilan keputusan
program privatisasi setelah dilaksanakan rapat kerja dengan menteri
negara BUMN.

Rencana privatisasi itu akhirnya dikonsultasikan oleh menteri negara
BUMN dan menteri keuangan dengan pimpinan DPR serta pimpinan Komisi VI
dan Komisi XI DPR pada rapat 30 Mei 2011. Kesimpulannya, secara prinsip,
pimpinan DPR menyetujui rencana privatisasi PT Cambrics Primissima, PT
Sarana Karya, dan PT Kertas Padalarang untuk dilaksanakan pada 2011.

Berdasarkan strategi yang disiapkan pemerintah, Primissima akan melepas
maksimal 52,79 persen saham lewat penjualan strategis. Sementara itu,
untuk Sarana Karya, pemerintah memutuskan melepas seluruh sahamnya atau
100 persen lewat penjualan strategis atau akuisisi.

Pada Kertas Padalarang, pemerintah akan melepas kepemilikan sahamnya
sebesar 7,74 persen dengan pola penjualan strategis atau akuisisi oleh
BUMN lain. Banyak kalangan mendukung rencana privatisasi itu.

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu, menegaskan bahwa
mekanisme privatisasi tiga BUMN itu sangat penting. "Kalau bisa
strategic sales, itu tidak ada masalah. Oke saja," ujar dia kepada
VIVAnews.com.

Namun, dia mengatakan, prosedur pelepasan saham melalui mekanisme
penjualan strategis itu membutuhkan waktu cukup lama. Setelah memperoleh
persetujuan DPR, proses selanjutnya adalah melelang. "Biasanya, kalau
BUMN itu sakit, maka value akan turun," ujar dia.

Berbeda bila pelepasan saham dilakukan melalui mekanisme akuisisi. Jika
upaya ini yang ditempuh, proses privatisasi akan lebih pendek.

"Mungkin bagi BUMN yang tidak bisa diakuisisi, maka mekanisme strategic
sales bisa jadi cara untuk privatisasi," ujar komisaris utama PT Merpati
Nusantara Airlines itu. Namun, jika diminta memilih, Said lebih
menyarankan untuk menempuh mekanisme akuisisi lebih dahulu.

Kisah Sukses BUMN Duafa
Selain program privatisasi BUMN duafa, Kementerian Negara BUMN saat ini
juga sedang menangani restrukturisasi dan revitalisasi 15 perusahaan
pelat merah. Dari BUMN-BUMN tersebut, lima perusahaan sudah masuk tahap
implementasi dan monitoring.

Dalam paparan bahan rapat kerja Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan dengan
Komisi VI DPR disebutkan, lima BUMN tersebut adalah PT Waskita Karya, PT
PAL Indonesia, PT Industri Gelas, PT Dirgantara Indonesia, dan PT
Merpati Nusantara Airlines.

Dari BUMN tersebut, Waskita telah menunjukkan peningkatan kinerja, baik
secara operasional maupun keuangan. Kinerja operasional ditunjukkan
dengan peningkatan penjualan. Sementara itu, secara keuangan telah
memperoleh peningkatan keuntungan.

Dalam laporan keuangan 2009, laba Waskita mencapai Rp50,68 miliar,
sebelum meningkat 144 persen menjadi Rp124,08 miliar pada 2010. Pada
Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2011, laba BUMN konstruksi
itu ditargetkan menjadi Rp201,22 miliar.

Waskita merupakan perusahaan konstruksi milik pemerintah yang sebelumnya
sempat terpuruk. Perusahaan itu bahkan sempat 'dirawat' oleh PT
Perusahaan Pengelola Aset (PPA) karena mengalami kasus pemalsuan laporan
keuangan dengan nilai kerugian mencapai Rp500 miliar.

Namun, seiring dengan berbagai upaya perbaikan termasuk mulai banyaknya
proyek-proyek yang digarap, kinerja Waskita terus menunjukkan tren
positif. Bahkan, pemerintah berencana melepas saham perusahaan ke publik
melalui proses penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).

Waskita tercatat memiliki empat anak usaha dan perusahaan patungan
seperti PT Ismawa Trimatra, PT Citra Waspphutowa, PT Translingkar Kita
Jaya, dan PT Cinere Serpong Jaya.
• VIVAnews

http://us.fokus.vivanews.com/news/read/271942-tiga-bumn-duafa-diselamatkan

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar