Minggu, 25 Desember 2011

[Koran-Digital] CYRILLUS HARINOWO: Catatan Akhir Tahun 2011

Catatan Akhir Tahun 2011 PDF Print
Monday, 26 December 2011
Sebentar lagi kita memasuki hari-hari akhir tahun kalender 2011.Dalam
keadaan perekonomian global yang mendung, pertanyaan banyak terlontar
tentang masa depan perekonomian Indonesia,terutama jangka pendeknya,
yaitu bagaimana prospek perekonomian kita pada 2012? Perekonomian global
sungguh diwarnai ketidakpastian.

Negara adidaya Amerika Serikat (AS) tidak lagi memiliki daya dorong
besar bagi perekonomian dunia.Kemampuan keuangan Pemerintah AS yang
terbatas, apalagi setelah ketegangan di Kongres beberapa bulan lalu
mengenai batas atas utang pemerintah, tidak lagi memungkinkan mereka
secara leluasa menjadi jangkar perekonomian global. Sementara itu Eropa,
yang selama berabad-abad berada di garis depan perekonomian global,
mengalami ketidakpastian yang besar.

Pemerintah banyak negara di zona Uni Eropa secara tiba-tiba mencuat
menjadi berita besar karena krisis yang melanda mereka. Sebagian besar
krisis terjadi dalam keuangan pemerintah mereka. Padahal setiap negara
yang menjadi anggota Uni Eropa sudah melalui fit and proper test
terlebih dahulu, yaitu melalui kriteria konvergensi yang berupa tingkat
rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) dan rasio defisit APBN
terhadap PDB. Ternyata negara seperti Yunani mengalami permasalahan
kronis sejak awal terbentuknya Uni Eropa.

Rasio utang pemerintah terhadap PDB selama ini memang berada di atas
100%, sementara itu rasio defisit APBN terhadap PDB mengalami pasang
surut mengikuti perekonomian mereka.Kendati demikian, krisis global pada
2008–2009 akhirnya membuka kelemahan mereka ke investor global. Beberapa
bulan terakhir media di seluruh dunia memberitakan upaya-upaya untuk
menolong Yunani. Bantuan sudah dikucurkan IMF dan Uni Eropa untuk
menambal kebocoran mereka.

Ternyata kebocoran tersebut semakin besar. Suasana ketidakpastian itu,
apalagi melibatkan demikian banyak bank yang memiliki portofolio utang
pemerintah negara tersebut,pada akhirnya merembet ke negara-negara
seperti Irlandia (yang sebetulnya mengalami krisis perbankan dan harus
direkapitalisasi oleh Pemerintah Irlandia),Portugal, dan Spanyol. Negara
terakhir termasuk unik karena rasio utang pemerintah terhadap PDB-nya
relatif masih lumayan rendah.Namun,badai yang melanda Yunani ikut
menyapu mereka sehingga tingkat pengangguran saat ini sudah berada di
atas 20%.

Terakhir bahkan Italia pun mengalami kondisi yang sama, yaitu terpaan
persepsi global yang akhirnya meningkatkan yield surat utang
mereka.Alhasil,permasalahan ekonomi Italia membuat bola api menjadi
sangat besar.Itulah sebabnya dari sisi perekonomian global, mendung
tersebut belumlah akan sirna.Tidak berlebihan untuk mengatakan
penyelesaian permasalahan ekonomi Eropa akan memakan waktu
bertahun-tahun. Hal ini tentunya mengingatkan pada terjadinya dasawarsa
yang hilang (the lost decade) pada saat krisis utang di Amerika Latin
meledak.

Di tengah perkembangan semacam itu, penyelamat terakhir perekonomian
global adalah negara-negara berkembang, terutama Asia. Orang sungguh
sangat berharap dengan perkembangan di China. Bagaimanapun tingkat
konsumsi negara tersebut relatif rendah dibandingkan AS.Terlebih lagi
bantalan devisa mereka sangat kuat sehingga defisit neraca pembayaran
yang akan terjadi karena penguatan ekonomi domestik pada akhirnya akan
dapat tertutup oleh bantalan devisa yang besar. Ini membuat China
memiliki cadangan napas untuk berkembang sendiri selama bertahuntahun.

Adapun India ternyata juga tidaklah terlepas dari permasalahan.
Perekonomian yang selama ini dipacu untuk tumbuh melampaui kapasitas
perekonomiannya telah menyebabkan terjadinya perekonomian yang
kepanasan.Akibatnya inflasi meningkat tajam (apalagi ditambah inflasi
pada berbagai komoditas global), sementara neraca berjalan (current
account) dari neraca pembayaran juga mengalami defisit lebih dari USD50
miliar. Hal inilah yang menyebabkan Bank Sentral India mencoba
mengatasinya dengan menaikkan suku bunga sebanyak 13 kali dalam 20 bulan.

Hasilnya adalah stagnasi perekonomian mereka. Sektor industri yang
biasanya tumbuh tinggi ternyata harus menerima kenyataan pertumbuhan
mereka hanya sekitar 2%. Dengan melihat perkembangan itu, Indonesia
masuk dalam spotlight perekonomian global, baik dari sisi investor
maupun pemerintah berbagai negara. Perekonomian Indonesia memiliki
kemungkinan besar untuk tumbuh dengan bersandarkan perekonomian domestik.

Jumlah penduduk yang besar dan tingkat pendapatan mereka yang cukup
tinggi memberikan ruang gerak bagi perekonomian Indonesia untuk tetap
mengalami pertumbuhan tinggi. Dari sisi sumber daya alam, ekspor
Indonesia yang banyak juga bertumpu pada migas, batu bara, kelapa sawit,
dan karet ternyata memiliki daya tahan cukup tinggi. Pemerintah masih
optimistis, ekspor tahun 2011 masih akan dapat mencapai USD200 miliar
atau bahkan lebih.

Dengan perkembangan seperti ini serta minat investasi yang sangat besar,
baik dari investor luar maupun dalam negeri, perekonomian Indonesia
mampu tumbuh 6,3–6,7%. Saya cenderung memprediksi perekonomian kita
tumbuh di atas 6,5%,prestasi yang terjadi pada 2011 ini. Pada 2012,
perekonomian Indonesia akan banyak diwarnai pertumbuhan industri
automotif,durable goodsseperti TV, lemari es, mesin cuci, industri
makanan dan minuman, perdagangan ritel maupun besar,termasuk kegiatan
bisnis di mal-mal,bangkitnya industri pariwisata dan perjalanan
(penumpang pesawat terbang akan mengalami kenaikan tinggi), dan banyak lagi.

Perkembangan ini diwarnai oleh bangkitnya kelas menengah Indonesia yang
dewasa ini menjadi buah bibir di mana-mana dan terlewatinya tipping
point pendapatan per kapita USD3.000 yang membawa dampak pada timbulnya
gelombang permintaan baru. Di industri automotif sendiri sangat boleh
jadi penjualan mobil akan mencapai 1 juta unit,lebih cepat dibandingkan
dengan prediksi pemerintah.Sangat boleh jadi, seluruh sektor industri
manufaktur yang selama bertahuntahun dikatakan mengalami
deindustrialisasi, tahun 2012 ini akan memimpin pertumbuhan ekonomi
kita.Fenomena ini disebut industry led growth.

Semua perkembangan tersebut akan berujung pada pencapaian PDB dengan
harga yang berlaku (PDB nominal) sekitar Rp8.500 triliun pada sepanjang
2012. Pencapaian tingkat tersebut, jika terjadi bersamaan dengan
rata-rata nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sebesar Rp8.500
sebagaimana terjadi di pertengahan tahun ini, akan membuat perekonomian
Indonesia mencapai PDB nominal dalam dolar AS sebesar USD1 triliun,
suatu prestasi yang dewasa ini hanya dimiliki oleh 15 negara.

Pencapaian one trillion dollar economy ini sebetulnya menjadi 13 tahun
lebih cepat dibandingkan dengan prediksi Goldman Sachs dalam studi
mereka pada 2006,yaitu "N-11: More than just an acronym" yang
memprediksi perekonomian Indonesia akan mencapai USD1,030 triliun pada
2025. IMF sendiri dalam prediksi terakhir memperkirakan Indonesia akan
mencapai USD1 triliun pada 2014. Apa pun yang terjadi, perkembangan pada
2011 dan 2012 membuat kita mampu berhadapan dengan negara lain dengan
kepala tegak karena kita memiliki kemampuan yang tidak diragukan lagi.
Selamat menjadi bagian dari komunitas investment grade.

CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO
Pengamat Ekonomi

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/454745/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar