Rabu, 21 Desember 2011

[Koran-Digital] Hari Ibu dan Seratus Ribu Kasus Kekerasan RT

Hari Ibu dan Seratus Ribu Kasus Kekerasan RT
"Peringatan hari Ibu cenderung melupakan sejarahnya dan yang mengemuka
justru seremoninya"
Kamis, 22 Desember 2011, 07:04 WIB
Aries Setiawan


VIVAnews - Hari Ibu jatuh pada 22 Desember jangan hanya dijadikan
sebagai event tahunan. Melainkan, harus benar-benar memberikan
penghargaan untuk membebaskan kaum Ibu dari pelbagai bentuk kekerasan,
baik kekerasan fisik, psikis, ekonomi dan seksual.

Menurut Komisioner Komisi Nasional Perempuan untuk Pendidikan, Riset dan
Partisipasi Masyarakat, Neng Dara Affiah, saat ini para istri dan ibu
belum terbebaskan dari kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga.

Catatan Tahunan Komnas Perempuan tahun 2010, dari total 105.103 kasus
kekerasan terhadap perempuan, 96 persen atau 101.128 kasus adalah
perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Sementara itu, hasil dokumentasi Komnas Perempuan sejak tahun 1998-2010
menunjukkan 1/4 atau 93.960 kasus adalah kasus kekerasan seksual berupa
perkosaan, pelecehan seksual, perdagangan perempuan untuk tujuan
seksual, eksploitasi seksual, penyiksaan seksual, dan sebagainya.

"Kasus yang kini marak dan peristiwanya terus berulang adalah perkosaan
dalam angkutan kota. Hal ini semestinya menjadi perhatian penting
pemerintah, terutama pemenuhan keadilan dan pemulihan bagi perempuan
korban dan memberi sangsi hukum yang setimpal bagi para pelakunya," kata
Neng Dara dalam keterangan persnya yang diterima VIVAnews.com, Kamis 22
Desember 2011.

Jika kekerasan terhadap perempuan masih sangat menguat di sekitar
masyarakat, maka pemberdayaan terhadap perempuan akan sangat sulit
dilakukan. Sebab, kata Dara, prasyarat perempuan untuk berdaya adalah
membebaskannya dari kekerasan dalam bentuk apapun.

"Kekerasan terhadap perempuan berdampak secara mental pada depresi dan
kerapuhan jiwa yang akut, kemampuan menyelesaikan masalah yang rendah,
keinginan untuk bunuh diri atau membunuh pelaku. Secara fisik pun ia
akan berdampak masalah-masalah kesehatan reproduksi perempuan," jelasnya.

Dara menjelaskan, kaum Ibu dan perempuan bukan hanya memiliki peran
penting dalam kehidupan, melainkan dalam konteks publik dan kebangsaan.

"Hari Ibu adalah hari dimana sejumlah organisasi perempuan pada tahun
1928 berkumpul dan melakukan Kongres Perempuan I yang dihadiri 1000
orang untuk mendeklarasikan perjuangan melawan kolonialisme, memikirkan
konsep negara bangsa dan mengantarkan pada apa yang disebut sebagai era
Kebangkitan Nasional," jelasnya.

Peran penting inilah, menurut Dara, yang sering dilupakan oleh sejarah
bangsa dan generasi berikutnya bahwa seolah-olah kaum perempuan dan kaum
ibu tidak memiliki kontribusi signifikan dalam gerakan kebangkitan
nasional dan pembentukan Indonesia sebagai negara bangsa.

"Peringatan hari Ibu cenderung melupakan makna sejarahnya dan yang
mengemuka justru seremoninya," cetusnya.
• VIVAnews

http://us.nasional.vivanews.com/news/read/274035-hari-ibu-terus-diperingati--kdrt-terus-marak

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar