Minggu, 25 Desember 2011

[Koran-Digital] Muhammad Nazar: Mengapa Mereka Jadi Anak Punk, Itu yang Sedang Kami Telusuri

WAWANCARA
Muhammad Nazar: Mengapa Mereka Jadi Anak Punk, Itu yang Sedang Kami Telusuri
Senin, 26 Desember 2011 , 08:50:00 WIB

RMOL.Pemerintah Kota Banda Aceh tidak bisa sepenuhnya disalahkan atas
penangkapan 65 anak punk di Banda Aceh, beberapa hari lalu.

Wakil Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Mu­ham­mad Nazar
menegaskan, penangkapan 65 anak punk tidak sepenuhnya dibenarkan. Namun,
memang mereka harus segera dibina. Menurutnya, keberadaan anak-anak punk
yang berpenam­pilan urakan dinilai tabu oleh sebagian masyarakat Serambi
Mekkah.

Munculnya reaksi dari berba­gai kalangan, misalnya ada yang menilai
penangkapan itu me­lang­gar hak asasi manusia, ka­rena dilakukan tanpa
persiapan ma­tang.

"Sehingga sempat menjadi isu kontroversial," kata Nazar ke­pada Rakyat
Merdeka di Jakarta, kemarin.

Dia berharap ada perbaikan penanganan oleh Pemkot Banda Aceh. Yang
jelas, wakil guber­nur yang mantan aktivis lem­baga swadaya masyarakat
ini menga­ku kehadiran anak-anak punk di Aceh membuat seba­gian
masya­rakat merasa ter­ganggu.

"Tetapi bagaimanapun juga mereka adalah warga kita. Ka­rena itu, kita
sedang telusuri pe­nyebab mereka menjadi anak punk dan apakah semuanya
dari Aceh atau ada juga dari luar Aceh," tambahnya.

Inilah petikan wawancara de­ngan M Nazar.

Anda menilai kasus itu ma­salah sosial?

Tentunya, ya. Itu jelas masalah sosial, yang dihadapi banyak kota.

Keberadaan anak punk di Aceh masih baru?

Ya. Mereka hadir di Aceh ini belum lama. Dulu memang hal-hal seperti itu
tidak ada di Aceh karena dianggap perilaku yang tabu.

Itu alasan mereka ditang­kap?

Intinya kami akan membina mereka semua mulai dari anak-anak hingga
remaja. Maka pen­didikan nonformal, seperti gera­kan pramuka, sekolah
olahraga, sangat penting.

Keinginan budaya itu harus menjadi strategi jangka mene­ngah dan jangka
panjang. Jang­ka pendek ini akan dituntaskan se­­baik-sebaiknya tanpa
me­lang­gar nilai-nilai kemanusiaan.

Pembinaan yang akan dila­ku­kan seperti apa?

Pertama pola berpikir dan ber­perilaku anak-anak punk. Me­reka tentu
juga harus diberi ke­te­ram­pilan. Yang jelas, ada yang jadi anak punk
karena broken home, padahal mereka anak-anak orang kaya.

Ada yang menyatakan pe­nang­kapan anak punk me­lang­gar HAM, komentar Anda?

Seharusnya penangkapan tidak dilakukan dengan langkah-lang­kah yang
kontroversial, yang di­anggap bermasalah secara ke­manusiaan.

Soal penanganan mereka, se­mua pihak, pemda, ulama, LSM, mahasiswa dan
orang-orang ter­pelajar serta polisi ha­rus terlibat. Memang harus­nya
dimulai dari keluarga mereka masing-masing.

Bagaimana penyebaran me­reka di Aceh saat ini?

Memang baru beberapa bulan ini mereka di Aceh dan mungkin Pemkot Banda
Aceh melihat su­dah banyak. Apakah mereka di­anggap mengganggu, saya
be­lum konfirmasi. Tetapi saya men­­d­engar isu seperti itu, akhir­nya
coba ditertibkan.

Nah, mungkin penertibannya dilakukan tidak secara sistema­tis sehingga
menjadi publikasi yang kurang tepat.

Anda menyalahkan pemkot juga dong?

Saya tidak menyalahkan pem­­kot. Tetapi Pemkot Banda Aceh memang perlu
memper­baiki me­kanisme pembinaan agar mereka menjadi produktif seperti
anak-anak lainnya yang normal.

Mereka akan diberikan pela­tihan juga?

Tentunya iya, karena ini kasus baru dan menjadi perhatian pu­blik
sekaligus bisa menjadi ma­salah besar juga ke depan.

Pemprov Aceh butuh penam­bahan anggaran untuk melak­sanakan pelatihan itu?

Saya kira dalam anggaran 2012 kami akan usulkan pe­na­nganan
program-program sosial. Apalagi dengan adanya anak punk.

Sebelumnya masalah-masalah sosial seperti pengemis sudah kami bina.
Dengan adanya kasus anak punk ini berarti tambah tugas baru. Jadi,
partisipasi dan anggaran harus diberikan secara khusus.

Masa jabatan Anda sebentar lagi berakhir, bagaimana de­ngan program yang
sudah Anda canangkan itu?

Komitmen kami, memper­kuat per­damaian, kemudian mem­ben­tuk satu
rekonsiliasi yang perma­nen antara kelom­pok-kelompok itu agar
Indone­sia menjadi lebih baik.

Masalah punk harus cepat di­selesaikan agar tidak mengakar. Siapa pun
yang memimpin Aceh ke depan harus bisa menyele­sai­kan masalah ini.
Paling tidak, enam bulan pertama masalah anak punk menjadi fokus agar
tidak ada lagi kejadian seperti itu. [Harian Rakyat Merdeka]

http://www.rakyatmerdekaonline.com/read/2011/12/26/50149/Muhammad-Nazar:-Mengapa-Mereka-Jadi-Anak-Punk,-Itu-yang-Sedang-Kami-Telusuri-

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar