Rabu, 21 Desember 2011

[Koran-Digital] M BAMBANG PRANOWO: ”Allah Biyung”

"Allah Biyung" PDF Print
Thursday, 22 December 2011
Kiai Haji Mustofa Bisri, pemimpin Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin,
Rembang, dalam acara Kick AndydiMetro TVOktober lalu menyatakan bahwa
dia tidak pernah melakukan salat istikharah untuk minta petunjuk Allah
dalam memutuskan sebuah pilihan.


Padahal bagi kaum santri,salat istikharah hampir-hampir menjadi
kewajiban agar pilihannya benar seperti yang dikehendaki Allah. Lantas,
kenapa kiai yang penyair ini tak mau melakukan salat istikharah?
Jawabnya: karena ibu saya masih hidup."Saya selalu bertanya kepada ibu
untuk menentukan pilihan jika dihadapkan pada beberapa persoalan.
'Jawaban ibu itulah yang saya pegang'," kata Kiai Mustofa Bisri. Apa
yang dikatakan Kiai Bisri juga dilakukan Amien Rais.Pak Amien yang
terkenal gagah berani melawan rezim Orde Baru ternyata akan patuh
seratus persen dengan apa yang dikatakan ibunya.

Bayangkan, ketika hampir semua partai politik, rakyat,TNI, dan para
aktivis mendorong Amien Rais untuk jadi presiden RI keempat menggantikan
Habibie, ternyata Pak Amien menolak. Semua orang kaget, kok Pak Amien
menolak menjadi presiden, padahal suasana sangat kondusif untuk
menjadikan Amien sebagai presiden. Kenapa? Ternyata, ibunya melarang
Amien menjadi presiden. Dan Pak Amien pun manut.Pak Amien tak pernah
bisa menolak permintaan ibunya. Itulah alasan sesungguhnya kenapa Pak
Amien tak mau menjadi presiden menggantikan Habibie. (Hanum Salsabiela
dalam Menapak Jejak Amien Rais,2010). Pak Amien dan Kiai Bisri sama-sama
orang Jawa.

Bagi orang Jawa, ibu adalah segalagalanya. Ibu seolah pengganti Tuhan.
Itulah sebabnya, kenapa ketika Lebaran orang Jawa berdesak-desakan ingin
mudik menemui ibunya. Karena ibu adalah pusaka.Orang Jawa sering
menyebut ibu sebagai "Gusti Allah ndonya" atau "Tuhan yang mengejawantah
di dunia". Orang Jawa kalau sakit atau menanggung derita yang berat,
mulutnya akan mengucapkan kata-kata Allah Biyung… Allah Biyung!
Maksudnya,YaAllah Ya Ibu..Ya AllahYa Ibu! Di Tegalroso, Magelang, tempat
penelitian saya untuk disertasi dalam bidang sosial antropologi di
Monash University ("Creating Islamic Tradition in Rural Java", 1991),ada
kisah menarik tentang orang yang tidak berbakti kepada orang tua.

Pak Kardi,orang yang terkenal brangasan di kampungnya, suka menyiksa
ibunya, Mbok Piyah. Suatu ketika, Pak Kardi bertengkar dengan ibunya.
Dia tak bisa mengendalikan emosinya sehingga memukul simboknyadan
mengejar Mbok Piyah untuk memukulnya. Untung Mbok Piyah selamat karena
ditolong Pak Purwanto dan disembunyikan di rumahnya. Saking sakitnya,
Mbok Piyah berkata, "Saya tidak akan melupakan dan memaafkan perangai
buruk Kardi. Ia pun berujar marah: 'Lihat siapa yang akan mati dulu.Aku
atau Kardi'." Ternyata dua minggu kemudian Pak Kardi sakit keras.

Pak Kardi berobat ke manamana, tapi sakitnya tak sembuh- sembuh.
Orang-orang kampung pun ngrasani, penyakit Pak Kardi tidak akan
disembuhkan Allah jika tidak minta maaf kepada ibunya.Pak Kardi itu
kuwalat karena melawan ibunya. Pak Kardi akan terus menderita, tidak
mati tidak hidup karena durhaka kepada ibunya. Karena kasihan melihat
penderitaan Pak Kardi, beberapa warga desa menghubungi ibunya agar
memaafkan anaknya.Mula-mula Mbok Piyah enggan memaafkan Pak Kardi, tapi
lama-lama sebagai seorang ibu, dia akhirnya memaafkan anaknya itu.

Apalagi orang-orang dusun itu mengambil contoh kisah Alqomah, salah
seorang sahabat Rasul, yang durhaka kepada ibunya dan akhirnya ibunya
memaafkan dia.Begitu ibunya memaafkan, Alqomah wafat. Sama dengan kisah
Pak Kardi. Setelah ibunya memaafkan, Pak Kardi pun wafat. Apa yang
menarik dari kisah Pak Kardi yang durhaka kepada ibunya itu? Orang
Tegalroso mengaitkannya dengan kisah Alqomah, salah seorang sahabat Nabi
yang menderita menjelang kematiannya karena pernah durhaka kepada orang
tuanya.

Pak Lurah Tegalroso, Sudigdo, misalnya, dalam beberapa obrolannya tidak
pernah merujuk kisah Malin Kundang atau Sangkuriang yang bermasalah
dengan ibunya sehingga mereka dikutuk. Tapi Pak Lurah membandingkannya
dengan Alqomah. Ini menggambarkan,dalam konsep penghormatan orang tua,
transformasi nilai-nilai Islam telah merasuk ke dalam tradisi Jawa.
Sungkem yang dulu hanya merupakan penghormatan kepada orang tua,
khususnya ibu,kini mengalami transformasi makna yang lebih mendalam:
sungkem bukan hanya merupakan penghormatan kepada ibu,tapi juga sebuah
upaya "mencium bau surga".

Transformasi ini tampaknya muncul dari sebuah hadis Nabi bahwa surga ada
di bawah telapak kaki ibu. Sebuah hadis menceritakan bahwa Nabi Muhammad
pernah ditanya sahabatnya. Siapa orang harus kita hormat? Jawab Rasul:
ibumu. Terus siapa lagi: ibumu. Siapa lagi: ibumu. Siapa lagi: bapakmu!
Hadis ini pun menggambarkan betapa mulianya seorang ibu. Sampai-sampai
orang Jawa, jika menghadapi masalah besar, akan berujar Allah
Biyung…Allah Biyung.

Dari gambaran itu, sebutan Allah Biyung merupakan simbol proses
santrinisasi masyarakat Jawa secara menyeluruh yang luput dari
pengamatan Geertz.Dan Allah Biyung inilah yang menggerakkan orang Jawa
untuk mudik kapan pun punya kesempatan untuk sungkem kepada orang
tuanya. Pinjam konsep peradabannya Redfield, Allah Biyung jelas
merupakan ekspresi dari simbol tradisi besar Jawa. Jika kemudian tradisi
besar Allah Biyung itu bertautan dengan ajaran Islam, persoalannya siapa
yang membonceng atau diboncengi?

Jika kita membaca kebudayaan besar di Benua Atlantik yang hilang karya
Prof Arysio Nunes dos Santos dari Brasil (Atlantis the Lost Continents
Finally Found, 2005), di mana Pulau Jawa menjadi pusat peradaban masa
lalu yang mengubah sejarah dunia (30.000- 11.000 tahun lalu),maka bukan
tidak mungkin,konsep kebaktian kepada ibu yang luar biasa itu
asal-muasalnya dari ajaran para leluhur Jawa yang kemudian memperoleh
penguatan dari ajaran Islam.Who knows! 

M BAMBANG PRANOWO
Guru Besar UIN Ciputat, Direktur Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/453730/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar