Minggu, 25 Desember 2011

[Koran-Digital] Hadiah Bank Untung atau Buntung?

Para bankir tidak keberatan dengan aturan pembatasan hadiah, asalkan berlaku bagi semua bank tanpa kecuali.

AKSI menyebar ha diah sering kali dijadikan promosi menarik oleh bank untuk menggaet nasabah.
Pasalnya, nasabah mana yang tidak senang mendapatkan hadiah, mulai dari tabungan hingga mobil merek termahal.

Namun, dalam cakupan lebih luas, pemberian hadiah bank itu sebetulnya menguntungkan atau justru merugikan nasabah?
Bank Indonesia, di satu sisi, melihat pemberian hadiah bisa jadi salah satu komponen yang membuat perbankan Indonesia inefisien. Salah satu dampak inefisiensi ialah bunga pinjaman menjadi tinggi.

Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah menuturkan pihaknya tengah mengkaji bentuk inefisiensi perbankan, termasuk soal pemberian hadiah.
Menurutnya, biaya hadiah, baik yang dimasukkan ke komponen biaya dana (cost of fund) maupun biaya operasi (overhead cost), menjadi salah satu komponen yang turut membuat bunga pinjaman tinggi.

Akibatnya, suku bunga pinjaman di Indonesia kalah kompetitif ketimbang negaranegara lain sekawasan. Saat ini rata-rata suku bunga kredit perbankan masih di atas 10%.

Pada gilirannya, suku bunga kredit yang mahal memengaruhi pula daya saing sektor riil Indonesia di pasar ekspor maupun pasar domestik.

“Saya kira, di kawasan, hanya Indonesia yang menyediakan dana seperti itu (promosi lewat pemberian hadiah). Di negara lain, promosi bank bukan bagibagi hadiah, tapi menjadi sponsor turnamen golf, sepak bola, seperti itu,“ ungkap Halim ketika ditemui, pekan kemarin, di kantornya.

Ia belum mau menceritakan aturan apa yang akan dikeluarkan BI terkait dengan pemberian hadiah.

Namun, bank sentral memang tengah mengkaji berbagai komponen pembentuk suku bunga kredit untuk melihat mengapa levelnya tetap bertahan tinggi. Komponenkomponen itu antara lain harga pokok dana untuk kredit, biaya overhead, profit margin, dan premi risiko debitur.

Selain itu menggiatkan efisiensi perbankan nasional menjadi fokus BI pada 2012, memang seperti disampaikan Gubernur BI Darmin Nasution dalam pertemuan tahunan dengan para bankir, awal bulan ini.
Berlaku sama Dalam menanggapi rencana BI, sejumlah bank besar mengaku tidak khawatir. BRI, misalnya, mengaku tidak masalah seandainya aksi bagi-bagi hadiah harus disetop. “Sepanjang semuanya tidak memberi hadiah, tidak apa-apa. Maka harga (biaya bunga) juga akan turun, cost-nya turun,“ kata Dirut BRI Sofyan Basir.

Namun, Sofyan menilai pengaturan soal hadiah tidak serta-merta mengatasi masalah inefisiensi. “Itu nol koma nol, kecil sekali pengaruhnya.
Efisiensi yang lain mungkin kita lakukan,“ jelasnya.

Hal senada disampaikan Direktur Keuangan BTN Saud Pardede. Menurutnya, menekan promosi demi efisiensi mungkin tidak efektif. “Di BTN, alokasi dana untuk hadiah hanya 0,02% dari total dana pihak ketiga.
Biaya promosi kita setahun hanya Rp120 miliar-Rp130 miliar. Hadiah itu kecil.“

Saud menambahkan, “Kita justru menyambut baik (aturan pembatasan hadiah). Jadi edukasi buat nasabah, menabung itu baik meski tanpa hadiah.
Kita bisa beri layanan dan aktivitas yang lebih bermanfaat.“

Presdir BCA Jahja Setiaatmadja mengaku tidak khawatir nasabahnya akan kehilangan minat menabung jika tidak diberi hadiah. Catatannya, aturan diterapkan bagi semua bank tanpa terkecuali.

Keyakinan serupa dikemukakan Direktur Micro and Retail Banking Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin. “Survei menunjukkan, orang menaruh uang di bank itu melihat keamanan, yang kedua kenyamanan,“ tuturnya. Artinya, kata Budi, Bank Mandiri tidak khawatir nasabahnya lari ke bank lain jika ada pembatasan pemberian hadiah.

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2011/12/26/ArticleHtmls/Hadiah-Bank-Untung-atau-Buntung-26122011014007.shtml?Mode=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar