Minggu, 25 Desember 2011

[Koran-Digital] Herry Gunawan: Konglomerasi Media di Ring Politik

Konglomerasi Media di Ring Politik

Oleh Herry Gunawan

* Postingan

Oleh Herry Gunawan | Newsroom Blog – Rab, 21 Des 2011


Gebrakan Chairul Tanjung (pemilik Trans TV dan Trans 7) yang membeli
portal berita detik.com membuat pergerakan konglomerasi media di
Indonesia makin riuh dan riang. Ia tampaknya ingin bergegas memiliki
jaringan media yang lengkap.

Saat ini tinggal media cetak yang belum dimiliki — meski ada kabar, ia
sudah mengantongi lisensi terbit majalah asing terkemuka .

Gempita aksi Chairul Tanjung sedikit menutupi ekspansi pengusaha asal
Israel ke Indonesia melalui MNC. Dia adalah Haim Saban, pemilik Saban
Capital Group Inc.

Haim Saban membeli 5 persen saham Media Nusantara Citra milik Hary
Tanoesoedibjo, melalui Indonesia Media Partner LLC seharga hampir Rp 700
miliar. Perusahaan ini terafiliasi dengan Saban Capital Group Inc. dan
PT Global Mediacom Tbk. Dalam perjanjian, masih ada opsi jatah pembelian
lagi sebesar 2,5 persen.

Tentu tak ada yang dilanggar dalam transaksi ini. Aturan Daftar Negatif
Investasi yang dikeluarkan pemerintah tahun lalu, memberikan
pengecualian jika transaksi saham dilakukan di pasar modal, walaupun
terhadap perusahaan yang tertutup bagi investor asing.

Sebagai pemain di industri media, Saban sempat membangun Fox Kid's
Network, berkongsi dengan Rupert Murdoch, konglomerat media berbendera
News Corp. Murdoch sendiri pernah masuk ke Indonesia dengan membentuk
usaha patungan bersama kelompok usaha Bakrie untuk mengelola ANTV.

Terlepas dari soal kepemilikan ini, ada langkah kemiripan antara Saban
dengan Hary Tanoe. Saban yang pernah bekerja di Badan Pertahanan Israel,
dikenal sebagai pengusaha yang lekat dengan dunia politik, seperti
menjadi penyokong Bill Clinton. Dan secara kebetulan, Hary Tanoe
merupakan pengusaha yang baru terjun ke dunia politik, bergabung bersama
Surya Paloh di Partai Nasdem.

Kolaborasi media Surya Paloh (Media Indonesia dan Metro TV) dengan
kelompok Hary Tanoe (RCTI, Global TV, Sindo TV, MNC TV, Koran Sindo,
Trust, MNC Radio, serta sejumlah jaringan media lokal) tentu akan berada
di belakang Partai Nasdem.

Selain duet Hary Tanoe-Surya Paloh, ada pula Aburizal Bakrie, Ketua Umum
Partai Golkar. Pemilik kelompok usaha Bakrie and Brothers ini memiliki
TV One, ANTV, Vivanews.com.
Tentu Aburizal tidak sendiri. Ada Erick Thohir, yang memimpin PT Visi
Media Asia, induk perusahaan media Bakrie.

Sementara Erick, adik kandung Boy Garibaldi Thohir — salah satu pemilik
perusahaan pertambangan Adaro — adalah pemilik Jak-TV dan kelompok usaha
Mahaka: di antaranya mengelola Republika dan jaringan radio Prambors.

Di mana posisi Chairul Tanjung? Pemilik CT Corp yang mengelola stasiun
televisi Trans TV, Trans 7, dan Detik.com ini, secara resmi tidak
terafiliasi dengan politik. Namun jauh-jauh hari, Partai Keadilan
Sejahtera sudah menjagokannya sebagai calon presiden 2014, berpasangan
dengan Menko Polhukam Djoko Suyanto.

Selain itu, kedekatan Chairul dengan Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua
Dewan Pembina Partai Demokrat sulit diabaikan.

Kemudian ada Kelompok Jawa Pos, pemiliki koran Jawa Pos dan Rakyat
Merdeka. Jaringannya di daerah-daerah juga cukup kuat, dengan merek
Radar. Kelompok media ini didirikan dan dimiliki oleh PT Grafiti Pers,
yang juga pendiri Tempo, setelah diambil-alih dari pemilik sebelumnya.

Pemilu silam, kelompok Jawa Pos yang dikelola dan dibesarkan oleh Dahlan
Iskan, kini Menteri Negara BUMN, dikabarkan berada di belakang barisan
Susilo Bambang Yudhoyono. Entah kelak.

Tinggal Kelompok Tempo dan Kompas. Dua kelompok besar ini bisa jadi bola
liar. Secara formal sulit mendefinisikan kedekatan politiknya. Namun
akan terlihat menjelang pemilihan umum kelak, kemana arah pendulum dua
media ini bergerak. Itulah pilihan yang ditempuh.

Apa yang perlu dikhawatirkan dengan kolaborasi penguasa media dengan
partai politik? Sudah tentu, informasi yang lahir dari media tersebut
cenderung bias. Pembodohan publik bisa terjadi melalui media yang sudah
tidak lagi berpihak pada warga lantaran harus melindungi kepentingan
politik pemilik atau pengelolanya.

Dalam kondisi seperti ini, media sudah kehilangan esensi dan akal
sehatnya untuk melakukan kontrol sosial. Apalagi harus menjadi pilar
demokrasi. Sesuatu yang sangat naïf jika media yang dimiliki politisi
masih mengatakan bisa independen dan bebas dari intervensi pemilik.

Karena itu, sebagai konsumen informasi, kita ambil mudahnya saja. Ketika
sebuah media terafiliasi memberitakan figur atau kegiatan kelompok
politiknya, tinggal didiskon sebesar 99 persen. Begitu juga ketika yang
dibombardir adalah lawan politiknya, kecuali sepanjang yang diungkat
sebatas fakta tanpa embel-embel opini.

Herry Gunawan jadi wartawan pada 1993 hingga awal 2008. Sempat jadi
konsultan untuk kajian risiko berbisnis di Indonesia, kini kegiatannya
riset, sekolah, serta menulis.

http://id.berita.yahoo.com/blogs/newsroom-blog/konglomerasi-media-di-ring-politik.html;_ylt=AtOZjPrxRVCpm1D.k8bQROJ8V8d_;_ylu=X3oDMTQ2MjgybGU3BG1pdANUb3AgU3RvcnkgSGFsYW1hbiBHYXlhIEhpZHVwBHBrZwM4Mjk2MDM2MS0zOTc0LTM5MjItODY1ZC0xYTYxN2Y2ZWI3YTEEcG9zAzQEc2VjA3RvcF9zdG9yeQR2ZXIDODQwOTdiZDQtMmI5Ni0xMWUxLTg4ODItNzhlN2QxNjIwYzky;_ylg=X3oDMTFvZWtuZmUyBGludGwDaWQEbGFuZwNpZC1pZARwc3RhaWQDBHBzdGNhdANhd2FsBHB0A3NlY3Rpb25zBHRlc3QD;_ylv=3

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar