Minggu, 18 Desember 2011

[Koran-Digital] Seribu Rintangan

Seribu Rintangan PDF Print
Monday, 19 December 2011
Tantangan terbesar kaum muda untuk tampil di tampuk kepemimpinan
politik,tidak lain berasal dari partai politik (parpol) sendiri.
Seberapa besar parpol yang menaungi kaum muda memberikan kesempatan
kepada kadernya untuk muncul sebagai calon presiden (capres)?


Dalam Pemilu 2009 lalu, capres yang diusulkan mayoritas adalah ketua
umum partai yang notabene sudah banyak makan asam garam dunia
politik,bukan tokoh muda. Kultur politik patron-client serta proses
rekrutmen politik dari pucuk terendah hingga pucuk tertinggi yang memang
tidak instan menjadi kendala utama bagi kaum muda.Masih adanya anggapan
bahwa menjadi politisi tidak boleh instan dan bermodal nama besar
menjadi alasan yang menjustifikasi parpol untuk membenamkan tokoh muda.

Namun,anggapan itu telah gugur dengan sendirinya seiring kemenangan Anas
Urbaningrum sebagai ketua umum DPP Partai Demokrat tahun lalu.Kemenangan
Anas yang ditonjolkan media massa sebagai kemenangan murni aspirasi DPD
(bottomup) melawan kubu Cikeas menunjukkan bahwa tokoh muda tidak bisa
diremehkan. Karena regenerasi kepemimpinan nasional merupakan
representasi dari regenerasi di partai politik, dorongan untuk
memunculkan kaum muda sebaiknya dimulai dari lingkup internal parpol.

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar
Nusa Bhakti mengatakan,kendati beberapa politisi muda memiliki
kapabilitas mumpuni,peluang mereka kecil untuk dapat maju sebagai capres
dalam Pemilu 2014.Struktur dan budaya parpol di Indonesia masih
mengagungkan ketua umum yang paling punya kans sebagai capres.Selain
itu, pemilihan presiden ditentukan oleh parpol.

"Menurut saya,perlu ada perubahan,"ungkapnya. Mantan Kepala Pusat
Penelitian Politik LIPI itu meminta penilaian yang dilakukan parpol
terhadap kadernya harus fair.Ketua umum parpol pun mesti menyingkirkan
egonya. Dengan cara itulah,lanjut Ikrar,dapat dimunculkan capres dari
politisi muda.

Ketua Umum DPP Partai Nasional Demokrat (NasDem) Patrice Rio Capella
menyatakan,mahalnya biaya politik dalam sistem demokrasi yang berkembang
saat ini menjadi salah satu kendala bagi figur muda untuk bersaing di
kancah kepemimpinan nasional. Dengan kondisi demokrasi yang masih
bergantung pada kekuatan materi,sangat sulit bagi anak muda bisa
mendominasi pemilu,terlebih Pilpres 2014.

"Ada beberapa hal yang tidak membuka ruang pemuda bertarung pada
2014.Alasan utama adalah masalah kapital.Hampir semua aktivis muda
adalah orang-orang yang tidak bermodal. Sementara proses demokrasi di
Indonesia sangat mahal,"katanya. Politisi muda dari PDIP Budiman
Sudjatmiko menawarkan beberapa agenda perubahan untuk melawan
pragmatisme politik dan korupsi.

Agenda pertama ialah memangkas praktik politik biaya tinggi yang menjadi
pendorong sistem yang korup. Agenda politik Budiman lainnya ialah
membuat kelompok-kelompok politik berdasarkan sosio-economic interest
sehingga keterikatan antara parpol dengan konstituennya benar-benar
didasarkan pada kepentingan bersama,bukan kepentingan ekonomi elitenya saja.

Mantan Ketua Partai Rakyat Demokratik (PRD) itu menilai masih banyak
pejabat publik dan penyelenggara pemerintahan yang belum memahami
sepenuhnya teoriteori politik seperti trias politica atau teori kontrak
sosial dari John Locke atau Rousseau. Ketidak pahaman itulah,kata
Budiman,yang mengakibatkan penyelenggaraan pemerintah tidak berjalan
dengan baik. Dia berharap di masa mendatang ada UU yang mengikat
presiden dan pejabat publik sehingga hakhak dan kewajiban masyarakat dan
negara bisa diatur dalam konstitusi. hendry sihaloho/ m sahlan/ m
azhar/ rahmat sahid

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/452881/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar