Minggu, 18 Desember 2011

[Koran-Digital] MENTERI PERTAHANAN PURNOMO YUSGIANTORO-Semaksimal Mungkin Beli Alutsista Lokal

MENTERI PERTAHANAN PURNOMO YUSGIANTORO-Semaksimal Mungkin Beli Alutsista
Lokal PDF Print
Monday, 19 December 2011
Reformasi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI melalui program
minimum essential force (MEF) 2024 membutuhkan anggaran sangat
besar.Hingga 2014, anggaran yang dialokasikan untuk keperluan ini
mencapai Rp150 triliun.

Anggaran sebanyak itu akan digunakan untuk membangkitkan daya tangkal
sekaligus mendorong revitalisasi industri strategis pertahanan Tanah
Air. Bagaimana kedua hal itu bisa berjalan? Berikut petikan wawancara
SINDOdengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

Bagaimana memanfaatkan anggaran alutsista yang demikian besar?

Anggaran kita memang naik pada tahun sekarang, dibandingkan lima tahun
lalu. Untuk pembangunan alutsista (perawatan,pemeliharaan, pembelian
baru) selama lima tahun,kita mendapatkan Rp150 triliun,itu di luar
belanja pegawai. Kalau dihitung per tahun, pada 2012 kita dapat Rp72
triliun.Tapi,48%-nya untuk belanja pegawai.Sisanya,36% untuk belanja
modal (alutsista) dan 16% belanja barang (pemeliharaan dan perawatan).
Tentu,(alutsista) yang kita pilih adalah untuk pembelian alutsista yang
sudah kita rencanakan sejak awal masuk kabinet 2010.

Proporsi pembelian dari dalam negeri dan luar negeri seperti apa?

Kita sudah buat perencanaan untuk 15 tahun yang dibagi dalam tiga
rencana strategis lima tahunan.Dalam pokok perencanaan itu,kita sudah
tahu mana yang dibeli dari dalam negeri dan luar negeri. Semaksimal
mungkin,kita beli dari dalam negeri.Tapi kalau tidak bisa,kita beli yang
bisa dibangun bersama-sama atau joint productions.Lalu,yang tidak bisa
dibangun di Indonesia dan harus dibeli dari luar, kita upayakan adanya
tansfer of technology( ToT) ataupun off-setdan trade off.

Untuk jangka panjang juga kita siapkan,contohnya dengan Korea Selatan
(Korsel),kita melakukan penelitian dan pengembangan untuk pesawat tempur
generasi 4,5 yaitu IFX/KFX. Itu baru datang pada 2020. Padahal selama
jangka waktu itu,kebutuhan pesawat tempur tetap harus kita diisi.

Ada tawaran kerja sama dari sejumlah negara di Eropa, seperti
Serbia.Tanggapan atas tawaran-tawaran itu?

Mereka memang banyak menawarkan teknologi timur. Dulu,kita banyak
memakai teknologi timur pada era 60-an. Tapi,ujung-ujungnya adalah
apakah cocok dengan RMA, kepentingan kita,dan modernisasi peralatan
kita.Jadi,yang menawarkan banyak,tapi harus kita lihat satu per satu.

Bagaimana strategi yang digunakan dalam menentukan alutsista yang dibeli?

Pertama,kita lihat ancamannya seperti apa,di mana,dan berupa apa.
Kemudian,anggaran yang dipersiapkan untuk penangkalnya seberapa besar.
Lalu,dari situ kita desain,kita bangun kekuatan alutsista kita.Indonesia
itu besar,jadi yang didesain tidak hanya kuantitas,tapi juga kualitas.
Contohnya pembelian pesawat tempur F-16.Kita punya anggaran USD470 juta.

Kalau membeli baru cuma dapat 6 unit dan datangnya baru sekitar 6-7
tahun lagi. Tapi,kalau dapat hibah F-16 bekas,bisa datang cepat. Pesawat
hibah itu tetap bisa diupgradekemampuannya menjadi seperti pesawat baru.
Dengan hibah ini kita dapat 24 unit.Karena itu,kita kemudian memilih
yang hibah ini dengan 24 unit pesawat. Selain itu,kondisi geografis juga
harus diperhitungkan.

Di wilayah barat,laut kita dangkal,sehingga tidak membutuhkan
kapal-kapal berukuran besar.Yang penting sekarang adalah kapal-kapal
yang ada dipasang meriam dan rudal.Sedangkan di wilayah timur,lautnya
dalam sehingga cocok untuk kapal-kapal besar.

Salah satu kendala industri strategis pertahanan dalam negeri adalah
tidak ada sinergi antarindustri.Apa yang Kemhan lakukan untuk mendorong
terciptanya sinergitas ini?

Biasanya kita menyerahkan ke vendor manufaktur untuk menetapkan itu
sendiri. Misalnya,bangun kapal perang,maka kita serahkan ke PT
PAL.Mereka yang akan mencari (dari industri mana saja komponennya).Kita
cuma bilang harga segini,barang seperti ini.

Bagaimana dengan RUU tentang Revitalisasi Industri Strategis Pertahanan?

Sekarang sedang dibahas DPR.Yang penting kita berikan fleksibilitas
kepada BUMNIP agar mereka bisa kembangkan industri pertahanannya lebih
baik.Contohnya,kewajiban untuk membeli dari dalam negeri,dalam hal
tender mungkin ada keberpihakan kita,ketentuan local content, dan
diizinkan untuk melakukan kerja sama.Itu memang perlu dipayungi hukum.

Kemampuan seperti apa yang Kemhan harapkan dimiliki industri pertahanan
untuk dapat memenuhi kebutuhan alutsista?

Kita menyadari ToT tidak bisa cepat.Pembuatan kapal selam,misalnya.Kapal
pertama dibuat di luar negeri tidak apa-apa,tapi kita kirim banyak anak
muda ke sana untuk belajar.Mungkin yang kedua bisa dibangun sebagian di
sini.Nah,yang ketiga,kita berharap bisa dibangun di sini semua.Jadi itu
bertahap.Itu sebetulnya tidak sulit. Contohnya kapal LPD yang kita
punya.Dulu,dua dibangun di Korea,dua di Indonesia. Sekarang,Filipina
sudah berminat membeli dari kita.

Dengan pembelian alutsista yang demikian gencar,apa tidak khawatir
menimbulkan persaingan persenjataan di kawasan?

Sebetulnya kalau di ASEAN tidak.Pertama, karena kita punya ADMM (rapat
tahunan menteri pertahanan se-ASEAN).Kita juga sudah sepakat kebijakan
pertahanan kita harus transparan.Kita juga ada kerja sama industri
pertahanan dan kerja sama militer selain perang. Kedua,kita semua tahu,
sebenarnya kita membangun kekuatan ini bukan untuk menyerang,melainkan
untuk mempertahankan kedaulatan. Ketiga,sekarang ini ancaman lebih
banyak pada ancaman non-tradisional dan asimetrik.

Bisa digambarkan kekuatan pertahanan yang ingin dibangun,apakah seperti
era 1960-an?

Tentu berbeda antara era 60- an dengan sekarang.Sekarang ada RMA
(revolution military affair),jadi sekarang ini peranan teknologi sangat
besar sekali.Sekarang kita tidak perlu kapal-kapal besar,yang penting
punya peluru kendali.

Bagaimana dengan platform perluasan pasukan?

Memang,sekarang kebijakan kita di bidang sumber daya manusia ada tiga.
Pertama,zero growth.Kita ingin pertahankan jumlah personel tetap.Kita
juga menganut restrukturisasi dan right sizing.

Pengaruh zero growth terhadap ketersediaan belanja modal seperti apa?

Memang itu yang kita harapkan (persentase belanja modal lebih
besar).Dulu kita 51% dari anggaran untuk belanja pegawai,sekarang sudah
turun menjadi 48%. Memang tidak bisa drastis, harus
pelan-pelan.Tapi,persentasenya untuk belanja modal tentu naik seiring
dengan kebijakan zero growthini. fefy dwi haryanto

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/452877/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar