Minggu, 18 Desember 2011

[Koran-Digital] Pacu Rata-rata Lama Sekolah

Pacu Rata-rata Lama Sekolah PDF Print
Monday, 19 December 2011
Laporan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) 2011
menyebutkan 489.000 anak sekolah dasar (SD) drop out (DO),366.000 anak
tidak bisa melanjutkan sekolah ke tingkat SMP.Alasannya,70% dari mereka
tidak memiliki biaya untuk sekolah.


Datatersebut cukup mencengangkan,apalagi jumlahnya sangat tinggi. Karena
itu perlu ada langkahlangkah strategis dan progresif untuk mengurangi
angka siswa DO. Dirjen Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud Suyanto
mengatakan pihaknya akan membuat supply side agar akses masyarakat untuk
tetap bisa mengenyam pendidikan dapat dilakukan secara masif.

Salah satunya melalui peningkatan subsidi dan pemberian beasiswa.
Menurut dia, akan ada sekitar 3,5 juta siswa SD yang menerima subsidi
pada 2011. Siswa SD ini akan menerima Rp380.000 per anak per tahun untuk
unit cost. Sementara untuk siswa SMP mencapai sekitar 1,5 juta anak yang
akan menerima dana tambahanunit cost Rp550.000 per anak per tahun.

"Saya kira beasiswa ini akan berpengaruh signifikan untuk menuntaskan
wajib belajar 9 tahun dan menambah lama harapan sekolah,"katanya. Jika
untuk meningkatkan angka partisipasi murni (APM) dan angka partisipasi
kasar (APK) dengan tambahan dana tersebut belum cukup juga,akan ditambah
dengan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebagai penopangnya.

Pada 2012 diperkirakan akan ada 28 juta anak SD yang menerima BOS dengan
kisaran Rp580.000 per anak per tahun,sedangkan untuk SMP terdapat 10,3
juta siswa dengan unit costRp710.000 per anak per tahun. Di samping
itu,guna menarik minat siswa bersekolah,pemerintah pun melakukan
rehabilitasi sekolah dengan menggunakan konsep yang ramah
lingkungan.Konsep sekolah baru,ujarnya,akan memperbanyak ruang terbuka
seperti lapangan agar aktivitas anak untuk bergerak makin luas.

Sanitasi yang baik serta perangkat teknologi serta koleksi buku yang
beragam di perpustakaan akan dikembangkan. Untuk menjangkau siswa di
kawasan terpencil maupun di perbatasan akan dibangun sekolah
berasrama.Ada ribuan sekolah berasrama yang akan dibangun, terutama di
Kalimantan dan Papua yang jarak antarwilayahnya harus dijangkau dengan
membuka hutan ataupun melintasi derasnya sungai.

Selain itu, ada sekolah satu atap guna menjawab terbatasnya jumlah
sekolah SD,SMP,dan SMA."Dengan sekolah berasrama dan satu atap, siswa
tidak perlu lagi berjalan jauh.Biaya transportasi juga dapat
ditekan,"imbuhnya. Mantan Rektor UNY itu juga menjelaskan,yang
menyebabkan pendeknya rata-rata lama sekolah itu adalah karena banyaknya
masyarakat yang bersekolah di pendidikan nonformal.

Oleh karena itu,ke depannya Kemendikbud akan menjadikan sekolah
nonformal ini menjadi sekolah formal sehingga dapat dihitung dalam
indeks yang ditetapkan UNDP. Dirjen Dikmen Kemendikbud Hamid Muhammad
menambahkan, infrastruktur di tingkat SMA memang perlu diperhatikan
sehingga pihaknya menargetkan akan ada 8.000 ruang kelas baru.Hamid
mengakui,jumlah itu masih kurang karena estimasi per tahun ada tambahan
400.000 anak yang melanjutkan ke SMA sehingga seharusnya ada 10.000
ruang kelas yang harus disiapkan.

Sementara Dirjen Dikti Kemendikbud Djoko Santoso menambahkan,jumlah
mahasiswa pada 2010 mencapai 4,8 juta,sedangkan pada 2011 sudah tercatat
5,2 juta mahasiswa. Karena itu jumlah mahasiswa pasti akan naik pada
2012,apalagi saat ini ada beasiswa bagi mahasiswa yang kurang mampu
melalui program Bidik Misi.

Program ini bisa mencakup 20.000 mahasiswa dan akan meningkat pada 2012
menjadi 30.000 mahasiswa. Mantan Rektor ITB itu juga menyatakan,pada
2012 nanti pemerintah akan mengajak pihak swasta membuka kampus sendiri
yang dinamakan kampus komunitas.Misalnya di perkebunan kelapa sawit
diminta untuk dibuka kampus sesuai dengan kebutuhan pegawainya.

Selain itu sentra spesifik seperti di kawasan logam Ceper dan
sanggar-sanggar seni dapat menjadi akademi komunitas dengan membuka
kampus setara diploma 1 hingga diploma IV. "Kita akan menaikkan terus
jumlah program studi. Kemudian kita melakukan pendekatan di mana prodi
yang dibuka itu banyak yang ke arah vokasi sehingga basisnya tidak hanya
satu pohon ilmu,tapi banyak pohon ilmu.Seperti ada pendidikan membatik,
pembuatan keris ataupun produksi kelapa sawit.

Ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan di masyarakat dan menaikkan
partisipasi usia anak-anak 19–23 tahun agar bisa masuk ke perguruan
tinggi," ungkapnya. Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO
Arief Rachman menjelaskan,semua ukuran internasional baik mengenai
pendidikan,ekonomi ataupun kesehatan diperlukan sebagai pegangan bagi
pemerintah untuk membuat suatu kebijakan di dalam negeri.

Tak terkecuali Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menggunakan
pendekatan kesejahteraan adalah perubahan besar dari pandangan mengenai
pembangunan di masa lalu yang mengenal strategi trickle down
effect.Pembangunan pada masa itu lebih mementingkan pertumbuhan
ekonomi.Harapannya,pertumbuhan ekonomi itu kelak pada waktunya akan
menetes ke bawah memperbaiki kesejahteraan masyarakat dengan sendirinya.

Meskipun IPM menggunakan tiga indikator, yakni kesehatan,pendidikan, dan
pendapatan per kapita, yang terpenting ialah moral dan kemampuan
berpikir. "IPM itu kankriterianya banyak dan diakui secara
internasional.Indonesia punya kekuatan lain dan bukan hanya IPM
saja,"ujarnya. neneng zubaidah

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/452875/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar