Minggu, 18 Desember 2011

[Koran-Digital] Bangun Manusia Sehat

Bangun Manusia Sehat PDF Print
Monday, 19 December 2011
Taraf hidup yang belum layak berpengaruh terhadap tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).Karena itu perlu
dibangun manusia yang sehat untuk mengurangi angka tersebut.


Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Slamet RiyadiYuwono
mengatakan, AKI dan AKB sangat berpengaruh meskipun secara umum ada
item-item lain mempengaruhi angka harapan hidup seperti faktor
lingkungan,penyakit infeksi, wabah penyakit,bencana alam,keturunan,dan
perilaku masyarakat. Slamet mengatakan,saat ini untuk penurunan AKI dan
AKB,Kementerian Kesehatan berpatokan pada target pencapaian Millenium
Development Goals (MDGs).

AKI ditargetkan turun dari sebelumnya 228 orang per 100.000 penduduk
menjadi 102 orang per 100.000 penduduk,sementara AKB diharapkan menurun
menjadi 23 orang per 1000 bayi dari sebelumnya 34 orang per 1000
bayi."Pendarahan, keracunan kehamilan, dan infeksi pasca melahirkan
menjadi penyebab AKI dan AKB," kata Slamet.

Untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan pada awal 2011 digulirkan
program pembiayaan persalinan gratis Jaminan Persalinan (Jampersal), di
mana masyarakat yang belum mempunyai jaminan kesehatan dapat
menggunakannya, tidak dibatasi miskin atau kurang mampu.Dengan catatan
bahwa persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan, dan setelah melahirkan diharuskan ikut program Keluarga
Berencana (KB).

Sementara itu,Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan
Supriyantoro mengatakan,pihaknya juga telah mencanangkan kebijakan
Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan (PDBK) dengan strategi
terfokus, terintegrasi dan bertahap dalam jangka waktu tertentu."Dengan
PDBK, diharapkan terjadi peningkatan indikatorindikator kesehatan
sehingga meningkatkan angka harapan hidup dan pada akhirnya meningkatkan
IPM Indonesia," ujar Supriyantoro.

Supriyantoro menjelaskan, terdapat sembilan indikator kesehatan yang
teruji berpengaruh kuat terhadap angka harapan hidup,yaitu prevalensi
balita gizi kurang dan buruk,prevalensi balita pendek dan sangat pendek,
prevalensi balita kurus dan sangat kurus,prevalensi pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan.Kemudian penimbangan balita untuk
pemantauan pertumbuhan, pemberian imunisasi lengkap kepada anak,cakupan
kunjungan pada ibu nifas dan bayi baru lahir,cakupan akses air bersih
serta sanitasi.

"Kesembilan indikator tersebut telah teruji secara statistik berhubungan
erat dengan umur harapan hidup,sehingga Kementerian Kesehatan melakukan
pendekatan khusus pada daerah-daerah dengan Indeks Pembangunan Kesehatan
Manusia yang rendah melalui PDBK," ungkap dia. Kebijakan PDBK,lanjut
Supriyantoro,merupakan kelanjutan dari program kesehatan yang sudah
digulirkan tahun sebelumnya,seperti Biaya Operasional Kesehatan
(BOK),Jaminan Persalinan (Jampersal),Jaminan Kesejahteraan Masyarakat
(Jamkesmas), serta berbagai program lainnya.

Menurut dia,untuk menurunkan AKI dan AKB,Kementerian Kesehatan membentuk
Desa Siaga,Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi
(P4K) pada Ibu Hamil,hingga membentuk Puskesmas Poned minimal 4 buah per
Kabupaten/ Kota,yaitu puskesmas yang mampu menangani penyakit persalinan
sebelum pasien dirujuk ke Rumah Sakit (RS).

Agar program tersebut berjalan efektif,menurut Supriyantoro, dibutuhkan
komitmen kepala daerah terhadap pembangunan kesehatan di
daerahnya."Kesehatan adalah urusan wajib Pemerintah Daerah, sedangkan
Pusat berperan dalam penyediaan standarstandar pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan daerah," katanya Kepala Lembaga Demografi dari Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI), Sonny HB Harmadi mengungkapkan,
untuk menaikan angka harapan hidup,pemerintah harus berusaha menurunkan
AKB yang saat ini masih tinggi.

"Aksesibilitas kesehatan bayi harus ditingkatkan, termasuk bagi setiap
kelompok usia,"jelasnya. Selain itu,dari bidang kesehatan angka harapan
hidup di Indonesia juga dipengaruhi meningkatnya penderita penyakit
degeneratif dan penyakit tidak menular seperti stroke,jantung,dan kanker
yang perlu diperhatikan.

Sebab, itu semua berdampak pada pembiayaan kesehatan yang
meningkat,sedangkan Indonesia belum memiliki sistem jaminan sosial.
"Biaya kesehatan yang meningkat akan mempengaruhi pendapatan dan daya
beli,karena pendapatan habis untuk biaya kesehatan sehingga angka
harapan hidup menurun, apalagi penyakit degeneratif yang berkembang
sekarang sangat mahal biayanya," tegasnya. dyah ayu Pamela

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/452874/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar