Minggu, 18 Desember 2011

[Koran-Digital] Mahalnya Demokrasi bagi Politisi Muda

Mahalnya Demokrasi bagi Politisi Muda PDF Print
Monday, 19 December 2011
Pengamat politik dari Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti
berpendapat, secara kompetensi dan daya saing,para pemimpin muda
sebenarnya sudah tidak diragukan.

Hanya saja,para politikus muda harus bisa mendobrak rintangan berupa
sempitnya ruang untuk berekspresi. "Masalah ruang berekspresi ini bisa
kita lihat secara nyata,sebab para figur muda potensial kadang
terbelenggu untuk mengekspresikan kemampuannya di lingkup parpol
sendiri. Apalagi jika di kalangan internal parpol terjadi monopoli dan
oligarki sehingga susah bagi para pemimpin muda potensial untuk unjuk
gigi,"terangnya.

Sementara itu, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Ikrar Nusa Bhakti memandang, selain memiliki rekam jejak yang
baik dan dapat mengakomodasi suatu isu,hal lain yang cukup penting
adalah bagaimana politisi muda tampil di media dan dapat menangkis
setiap pernyataan jurnalis."Ini bagi saya cukup penting,"tandas dia.

Ketua Umum DPP Partai Nasional Demokrat (NasDem) Patrice Rio Capella
mengatakan, karena terbatasnya modal materi dari kalangan muda,dalam
sejarahnya kalangan muda selalu bertumpu pada kekuatan lain yang sudah
lebih lama punya jaringan.Dia memaparkan, saat Orde Lama,kalangan pemuda
yang terjun ke politik harus mendapatkan dorongan dari kalangan militer.

Demikian juga ketika Orde Baru,kalangan pemuda banyak yang bertumpu
kepada pengusaha."Mereka tidak punya kapital yang kuat.Itu yang membuat
aktivis meminta pengusaha-pengusaha untuk mendorong,"ujarnya. Atas dasar
itu,Rio menilai bahwa sulit mengharapkan ada anak muda di Pilpres 2014.
"Agak riskan tua-muda di 2014.Karena demokrasi sekarang tidak mudah.

Siapa anak muda yang punya kapital besar untuk maju?"ujarnya. Wakil
Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon memandang,sebenarnya tidak
perlu mendikotomikan antara yang tua dan yang muda.Sebab,pada saatnya
figur muda tetap akan muncul. "Capres muda tinggal menunggu waktu.Tapi
politik itu tidak instan,"katanya. Dia menjelaskan,selain faktor modal
politik,kelemahan figur muda adalah minimnya waktu.

Figur muda,kata dia,baru datang saat yang tua sudah mapan secara
jaringan dan modal sosial."Kita datang belakangan.Kaum tua sudah
silaturahmi dan sudah bangun jaringan.Tapi menurut saya, kelompok muda
pasti masuk, hanya waktunya kapan itu yang masih menunggu waktu,"
jelasnya. Fadli sepakat dengan Rio Capella yang mengatakan bahwa masalah
logistik sangat menentukan.

Hal itu belum termasuk bagaimana persaingan internal parpol yang belum
membuka peluang untuk orang muda.Dia menegaskan bahwa realitas parpol
saat ini belum ada ruang untuk kaum muda untuk berkiprah lebih
dominan."Demokrasi liberal ini demokrasi mahal sehingga logistik juga
menentukan,"tegasnya.

Namun,Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Bima Arya Sugiarto menolak
keras jika pemimpin muda disebut tidak memiliki prospek dan kemampuan.
"Kalau ada apatisme publik pada pemimpin,itu terjadi secara menyeluruh
karena publik memang apatis pada politik saat ini.Makanya perlu
perubahan dan bicara perubahan,pemimpin pemuda paling layak di
depan,"terangnya. hendry sihaloho/ mohammad sahlan/m azhar/rahmat sahid

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/452880/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar