Minggu, 18 Desember 2011

[Koran-Digital] Mencontoh Semangat Sabar Gorky-Nelson Tansu

Mencontoh Semangat Sabar Gorky-Nelson Tansu PDF Print
Monday, 19 December 2011
Ditengah berbagai persoalan kebangsaan yang belum terselesaikan,ada
secercah optimisme yang dibawa kaum muda. Mereka adalah juara,mereka
memberikan contoh,dan mereka meraih kebanggaan dalam usia yang masih muda.


Munculnya tokoh-tokoh muda berprestasi di berbagai bidang turut
memberikan angin segar di tengah karutmarut yang terjadi di negeri
ini.Ternyata,di luar masalah korupsi atau masalah kesejahteraan yang
hingga kini belum terselesaikan,ada hal-hal lain yang bisa membawa
Indonesia pada sebuah pencerahan. Kita bangga kepada anakanak muda yang
meraih medali emas Olimpiade Sains Internasional.

Kita juga bangga kepada para olahragawan muda kebanggaan nasional
seperti petinju Chris John,32,atau pembalap GP3 Series Rio
Haryanto,18,yang berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah
internasional. Mereka bagai oase di tengah-tengah kondisi masyarakat
yang merasa kering atas kebanggaan sebagai sebuah bangsa.

Salah satunya adalah Sabar Gorky yang berhasil menembus puncak Gunung
Elbrus di Rusia dan menaklukkan puncak Gunung Kilimanjaro di Tanzania
hanya dengan satu kaki! Mungkin tidak ada yang menyangka, seorang
penyandang difabel (different ability) mampu mendaki sampai puncak
gunung di tengah dinginnya suhu di bawah nol derajat. Namun,Gorky mampu
membuktikannya.

Gunung Elbrus adalah satu dari 7 puncak gunung tertinggi di dunia (Seven
Summit) dan merupakan puncak tertinggi di Eropa.Bertepatan dengan HUT RI
ke-66 yang lalu,pria 43 tahun itu berhasil menancapkan Merah Putih di
puncak gunung berketinggian 5.642 mdpl tersebut. Pria kelahiran 9
September 1968 yang menggeluti dunia petualangan sejak 1985 ini tiba di
puncak Elbrus yang saat itu bersuhu minus 15 derajat Celsius.

Kang Sabar,sapaan Sabar Gorky,yang kehilangan kaki kanan akibat
kecelakaan kereta api pada 1996 itu disebut-sebut menjadi tunadaksa
pertama yang berhasil menapak di puncak Elbrus.Namanya pun disejajarkan
dengan pendaki legendaris Elbrus lain seperti dua pendaki berkaki
lumpuh, Vladimir Krupennikov (1997) dan Yakov London dari Rusia
(2001),termasuk "si buta" Erik Weihenmayer dari Amerika Serikat (2002)
yang juga menjadi orang buta pertama yang sukses menggapai puncak
tertinggi di dunia, Everest pada 25 Mei 2001.

Perjalanan Sabar bersama tim tidaklah mudah.Sehari sebelum mencapai
puncak,dia bersama tim harus menghadapi badai salju.Kondisi ini membuat
stamina Sabar terkuras. Beberapa kali dia terjatuh dan terus berusaha
meraih tongkatnya yang terlepas. Pantang menyerah.Itulah prinsip yang
dipegang Sabar untuk terus melangkahkan kakinya.Karena kegigihan itu
pula dia berhasil mencapai puncak Elbrus.

Karena kegigihannya mencapai puncak Elbrus, Sabar pun mendapat nama
Gorky di belakang namanya. Dalam sejarah Rusia,Gorky berarti pahit atau
perjalanan hidup yang berliku.Nama ini terinspirasi dari pujangga Alexey
Maximovich Peshkov yang mendapat panggilan baru Maxim Gorky alias "Maxim
yang hidupnya pahit".

Tak hanya sukses menggapai puncak gunung Elbrus,Sabar pun berhasil
menapakkan kaki di Gunung Kilimanjaro,Tanzania,pada 13 November
2011.Lagi-lagi, Sabar disebut-sebut menjadi tunadaksa pertama yang
menginjakkan kaki di puncak tertinggi di Afrika (5.895 m dpl) tanpa
bantuan orang lain. Kisah anak-anak muda Indonesia lainnya turut
memberikan warna cerah terhadap bangsa ini.Misalnya kegemilangan Nelson
Tansu.

Pria kelahiran Medan ini membawa harum nama Indonesia karena prestasinya
di bidang akademis.Dia berhasil mendapatkan gelar doktor di Universitas
Lehigh,Amerika Serikat,dalam usia yang masih sangat muda,yakni 25 tahun.
Pada usia 32 tahun,dia diangkat sebagai profesor. Kini,sepak terjang
profesor muda itu semakin gencar.Berbagai karya ilmiahnya banyak
dipublikasikan jurnal-jurnal internasional.

Tiga temuannya di bidang semiconductor nanostructure optoelectronics
devices danhigh power semiconductor laserspun mendapat 11 penghargaan.
Temuannya tersebut mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik
superhemat. Inspiratif karena Nelson tidak meraih prestasinya dengan
mudah,melainkan melalui kerja keras memperoleh beasiswa. Semasa kecil
dia sangat terinspirasi kedua orang tuanya.

Terutama ayahnya yang seorang pekerja keras. Sang ayah mengajari
pentingnya memiliki dedikasi tinggi,fokus,komitmen,kerja keras,dan
ketekunan untuk mewujudkan cita-cita. Pelajaran berharga itulah yang
akhirnya membawa Nelson Tansu sukses menggapai cita-citanya di AS.
Nelson adalah salah satu profesor termuda di negeri adidaya itu.

"Ibu adalah orang yang mengajari saya nilai kejujuran,
keluarga,moralitas,dan kesabaran dalam menjalani hidup,"ujar Nelson
seperti dilansir forwardunder40.com. Sebagai anak muda yang tumbuh di
Indonesia,pria kelahiran Medan,Sumatera Utara,20 Oktober 1977 ini sejak
kecil bercita-cita menjadi profesor bidang sains dan rekayasa
(engineering). Putra pasangan Iskandar Tansu dan Auw Lie Min itu pun
mampu mewujudkannya.

Lulusan terbaik SMA Sutomo 1 Medan yang pernah menjadi finalis tim
Indonesia di Olimpiade Fisika itu mengawali jalan untuk meraih mimpi
ketika berusia 17 tahun.Dia diterima sebagai mahasiswa di Universitas
Wisconsin,Madison,AS. Hanya dalam waktu 2 tahun 9 bulan dia meraih gelar
sarjana pada bidang matematika aplikasi (applied mathematics, electrical
engineering and physics/AMEP) dengan predikat summa cum laude.

Kemudian Nelson meraih gelar master pada bidang yang sama dan meraih
gelar doktor (PhD) di bidang electrical engineering pada usia 26 tahun.
Orang tuanya hanya membiayai hingga sarjana (strata-1)
saja.Selebihnya,dia dapat dari beasiswa hingga meraih gelar doktor.Sejak
mahasiswa Nelson bekerja dengan beberapa kelompok penelitian.Berbagai
pengalaman inilah yang menuntun dia menggarap penelitian tugas doktoral
dengan Profesor Luke J Mawst.

Tesis doktoralnya mendapat penghargaan sebagai The 2003 Harold A
Peterson Best ECE Research Paper Award,mengalahkan 300 tesis doktoral
lain. Saat ini Nelson menjadi visiting professor di 18 perguruan tinggi
dan institusi riset.Dia juga aktif diundang sebagai pembicara di
berbagai event internasional di AS, Kanada,Eropa,dan Asia.

Indonesia layak bangga atas kesuksesan Nelson yang didapat dengan
komitmen tinggi dan bekerja keras. Menurut suami Adela Gozali ini,kunci
suksesnya adalah kecerdasan,kerja keras,dan ketekunan. Sedikit contoh
kecil di atas membuktikan Indonesia masih boleh optimistis untuk menjadi
bangsa yang besar.

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/452882/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar