Senin, 12 Desember 2011

[Koran-Digital] Nurfajri Budi: Rakernas PAN dan Pencalonan Hatta

Rakernas PAN dan Pencalonan Hatta
Nurfajri Budi Nugroho Direktur Politik dan Operasional Developing Countries Studies Center (DCSC) Indonesia


Forum rapat kerja nasional mendatang memiliki arti penting bagi PAN sebagai langkah awal untuk melakukan konsolidasi internal.
Konsolidasi internal merupakan langkah awal yang krusial bagi sebuah partai politik guna mewujudkan agendaagenda politik mereka."

PADA 10-11 Desember 2011, Partai Amanat Nasional (PAN) telah menggelar perhelatan rapat kerja nasional. Melalui forum rapat kerja nasional itu, PAN akan membahas sejumlah agenda strategis partai terkait dengan Pemilihan Umum 2014.
Salah satu agenda strategis itu mengenai rencana pencalonan sang ketua umum, Hatta Rajasa, sebagai calon presiden pada Pemilihan Presiden 2014.
Hasilnya, seluruh kader PAN bersepakat mendaulat besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini maju sebagai calon presiden.

Belakangan ini, nama Hatta Rajasa memang kian santer disebut-sebut sebagai salah satu calon presiden potensial pada Pemilihan Presiden 2014, terutama pascapernikahan putra kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Edhie Baskhoro Yudhoyono (Ibas), dengan putri pertama Hatta Rajasa, Siti Rubi Aliya Rajasa (Aliya). Pernikahan itu dinilai akan kian merekatkan hubungan Partai Demokrat dan PAN sekaligus membuka jalan bagi Hatta Rajasa untuk tampil sebagai salah satu calon presi den pada Pemilihan Presiden 2014. Apalagi hingga saat ini, Partai Demokrat belum memiliki tokoh menonjol untuk diajukan sebagai calon presiden.

Jabatan menteri koordinator perekonomian pada Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II agaknya telah membuat Hatta Rajasa menjelma sebagai salah satu elite politik pemerintahan terkemuka di Indonesia. Memang, ketimbang tokoh-tokoh lain semacam Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie, Hatta Rajasa masih terlihat malu-malu dalam mempromosikan diri sebagai calon presiden pada Pemilihan Presiden 2014. Saat ini, Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie tengah mendominasi ruang publik terkait dengan wacana calon presiden.
Harus diakui, kedua tokoh itu memiliki sumber daya finansial dan jaringan media massa yang sangat mumpuni ketimbang Hatta Rajasa.

Namun, hal tersebut tidak serta-merta dapat menjadi jaminan bagi kedua tokoh itu untuk melenggang mulus menuju kursi kepresidenan. Publik tentu tidak akan lupa bahwa Aburizal Bakrie memiliki catatan hitam berupa kasus Lumpur Lapindo dan tunggakan pajak kelompok usaha Bakrie. Setali tiga uang dengan Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto pun memiliki beban masa lalu terkait dengan dugaan kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) saat masih aktif di dunia militer.

Sementara itu, Partai Demokrat selaku partai terbesar di pentas politik nasional masih disibukkan kebimbangan lantaran tidak memiliki figur dengan popularitas sekaliber SBY untuk diusung menjadi calon presiden pada Pemilihan Presiden 2014. SBY pun dipastikan tidak dapat lagi mencalonkan diri pada pemilihan presiden mendatang karena telah dua kali menjabat presiden.

Jika kita cermati secara saksama, tentu bukan tanpa alasan politik bila SBY memercayakan posisi Menteri Koordinator Perekonomian kepada Hatta Rajasa. Dengan menjabat sebagai salah satu menteri senior di bidang ekonomi, nama Hatta Rajasa diharapkan akan kian terangkat dan dikenal luas, baik di tingkat nasional maupun internasional, seiring dengan kondisi ekonomi makro Indonesia yang terus menunjukkan tren positif selama beberapa tahun terakhir.

Agaknya SBY sadar betul bahwa ketiadaan figur dengan popularitas kuat dan gejolak politik internal partai telah menempatkan Partai Demokrat pada situasi kurang menguntungkan untuk mengusung calon presiden dari lingkungan dalam partai. Menurut hemat penulis, demi eksistensi partai di masa mendatang, tidak ada pilihan lain bagi Partai Demokrat saat ini selain memastikan bahwa konsolidasi pascagejolak politik internal berjalan mulus. Kegaduhan dalam menyiapkan figur internal guna diusung sebagai calon presiden hanya akan menghambat upaya konsolidasi partai.

Karena itu, pilihan untuk mengusung tokoh dari luar partai sebagai calon presiden menjadi terasa penting bagi Partai Demokrat sebagai salah satu prasyarat utama mulusnya masa konsolidasi tersebut.
Dengan kata lain, agar masa konsolidasi Partai Demokrat berjalan mulus, bukan tidak mungkin SBY selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat akan memberikan jalan kepada Hatta Rajasa untuk maju sebagai calon presiden dari Partai Demokrat.

Selain itu, hal penting lain yang y tidak luput dari pertimbangan b SBY saat memilih Hatta Rajasa sebagai calon presiden ialah kebutuhan untuk mempersiapkan penerus trah Yudhoyono demi menjaga eksistensi di kancah politik nasional. Dengan memilih Hatta yang berstatus sebagai besan, kerisauan SBY terhadap kelanjutan trah Yudhoyono di kancah politik nasional akan terjawab.

Meski begitu, langkah Hatta Rajasa menuju istana bukan tanpa tantangan sedikit pun.
Tantangan serius yang mungkin muncul adalah sentimen primordialisme dari sebagian masyarakat Indonesia terhadap status Hatta sebagai tokoh luar Jawa. Bagaimanapun, sulit dimungkiri bahwa mitos presiden harus berasal dari suku Jawa masih tertanam kuat di benak sebagian masyarakat Indonesia.

Memang, pada 1999 Indonesia pernah memiliki presiden non-Jawa, yakni BJ Habibie.
Namun, kemunculan BJ Habibie sebagai presiden ketika itu tidak berlangsung secara alamiah, tetapi lebih karena amanat konstitusi yang mengharuskan ia sebagai wakil presiden untuk tampil menggantikan Presiden Soeharto yang memutuskan berhenti dari jabatan presiden saat gerakan reformasi bergulir. Di luar itu, kursi RI-1 selalu diduduki oleh tokoh berlatar belakang suku Jawa.

Tantangan lain adalah masih rendahnya tingkat keterpilihan Hatta Rajasa. Hasil survei Jaringan Suara Indonesia (JSI) menunjukkan tingkat keterpilihan Hatta Rajasa masih berada pada angka 1,6%. Tingkat elektabilitas sebesar 1,6% itu tentu masih jauh dari ideal bagi seorang tokoh yang hendak mencalonkan diri sebagai presiden.

Karena itu, dibutuhkan kepercayaan diri yang tinggi dan kerja ekstra keras dari PAN selaku basis politik utama Hatta.
Terkait dengan hal itu, forum rapat kerja nasional mendatang memiliki arti penting bagi PAN sebagai langkah awal untuk melakukan konsolidasi internal.
Konsolidasi internal merupakan langkah awal yang krusial bagi sebuah partai politik guna mewujudkan agenda-agenda politik mereka.

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2011/12/13/ArticleHtmls/Rakernas-PAN-dan-Pencalonan-Hatta-13122011014014.shtml?Mode=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar