Minggu, 11 Desember 2011

[Koran-Digital] Nunun Tanpa Fasilitas Khusus

Nunun Tanpa Fasilitas Khusus PDF Print
Monday, 12 December 2011
Tersangka kasus dugaan suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Nunun Nurbaetie (pojok kiri berselimut merah) menempati area khusus tahanan baru, yaitu Paviliun Edelweis, di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur, kemarin.

JAKARTA– Kehidupan Nunun Nurbaetie berubah drastis. Dari terbiasa hidup serbamewah, tersangka kasus dugaan suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia itu kini harus mendekam di tahanan tanpa fasilitas khusus.

Nunun belum menempati sel tetap di Rumah Tahanan (Rutan) Pondok Bambu,Jakarta Timur. Istri mantan Wakapolri Adang Daradjatun ini menempati area khusus tahanan baru, yaitu Paviliun Edelweis, selama masa perkenalan lingkungan (mapenaling) atau ruang admisi orientasi.

Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjenpas) Kementerian Hukum dan HAM Sihabuddin memastikan tidak ada fasilitas istimewa yang diberikan kepada Nunun. Buron yang ditangkap di Bangkok, Thailand, itu menempati kamar berukuran 5,7 x 4 meter bersama 33 tahanan lainnya. Nunun mendapat fasilitas berupa kasur busa tipis dengan satu bantal.

“Nunun masih di ruang blok masa perkenalan lingkungan. Tadi dia masih terlelap tidur. Dia masih beristirahat,mungkin kecapaian setelah diperiksa penyidik KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi),” kata Dirjenpas Sihabuddin saat ditemui di Rutan Pondok Bambu, Jakarta,kemarin.

Nunun ditangkap polisi Thailand,Rabu (7/12),di sebuah rumah mewah yang disewanya di Bangkok setelah dinyatakan sebagai buron oleh KPK sejak Februari 2011.Dia dibawa ke Indonesia, Sabtu (10/12),dan langsung menjalani pemeriksaan di Kantor KPK. Tertangkapnya Nunun membawa harapan atas terungkapnya misteri di balik kasus suap cek pelawat (travel cheque) kepada anggota Komisi IX DPR periode 1999–2004 saat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia yang dimenangi Miranda S Goeltom pada 2004.

Sihabuddin menuturkan, Rutan Pondok Bambu belum menetapkan sel yang akan ditempati Nunun. Hingga kemarin belum ada pembicaraan dengan KPK mengenai tahanan titipan tersebut. KPK juga belum menemui Nunun di tahanan.“ Kalau pindah rutan belum, yang punya tahanan itu KPK, bukan kami. Ini hanya titipan saja.Terserah KPK, mau terus di sini atau di mana.Atau tidak dilanjutkan lagi,”ujarnya.

KPK menitipkan istri mantan Wakapolri Adang Daradjatun itu di Rutan Pondok Bambu. Nunun dibawa ke Rutan Pondok Bambu tengah malam seusai menjalani pemeriksaan awal selama 4 jam di Gedung KPK. Sesampainya di rutan, Nunun langsung ditempatkan di area khusus tahanan baru, yaitu Paviliun Edelweis.

Sihabuddin menjelaskan, area khusus tahanan baru sebenarnya berkapasitas 10–15 orang, tetapi sekarang dihuni 33 orang. Masa perkenalan lingkungan ini akan berlangsung sekitar satu minggu sampai 10 hari.Setelah itu,tahanan akan dipindahkan ke blok sel tahanan.“Semua tahanan yang masuk Pondok Bambu akan ditempatkan dulu di paviliun ini sebagai masa perkenalan lingkungan,” paparnya.

Saat ditanyakan apakah akan ditempatkan di sel kasus korupsi, Sihabuddin tidak menjawab tegas.Kemungkinan, kata dia, Nunun akan menempati sel korupsi. “Mungkin, tapi (sel) yang korupsi (kondisinya) juga sama dengan blok lain,”ujarnya. Apakah benar tidak ada fasilitas khusus untuk Nunun? “Ya Allah ya Robbi.Saya tadi di dalam hanya ketemu anakanak (penjaga rutan). Saya hanya bertemu Malinda (kasus Citibank) dengan Kakanwil,” ujarnya menyakinkan.

Bahkan,untuk memastikan tidak adanya fasilitas khusus yang diberikan kepada Nunun, Kepala Rutan Pondok Bambu Herlin Chandrawati berjanji memberikan bukti berupa foto Nunun seusai kunjungan Dirjen. Tak lama setelah berucap, Herlin keluar dan menunjukkan dua foto kondisi Nunun. Foto itu menunjukkan Nunun dalam posisi terlelap tidur.

Nunun mengenakan baju biru motif kembang biru dengan bersarung.Nunun yang sedang tidak mengenakan jilbab itu tidur di atas kasur tipis dengan bantal guling dan kepala. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Taswin Tarip menjamin tidak akan memberikan fasilitas khusus kepada tahanan baru, termasuk Nunun Nurbaetie. Jika masih ditemukan ada fasilitas khusus di dalam tahanan, Kepala Rutan Pondok Bambu akan dicopot.

“Kalau ada yang aneh-aneh di sini (Rutan Pondok Bambu), saya akan copot (Kepala Rutan Pondok Bambu).Itu benar,saya tidak akan ragu-ragu,”kata Taswin Tarip saat melakukan kunjungan di Rutan Pondok Bambu kemarin. Taswin kembali menjamin tidak akan ada perlakuan khusus, termasuk pemberian fasilitas mewah. “Kalau memang terbukti ada pemberian fasilitas itu,tidak ada keraguan saya untuk copot siapa pun. Jadi,jangan bikin opini-opini. Ini kan hanya tahanan titipan.Semua masalah di KPK, tanya kepada KPK,”ujar Taswin.

Hal senada disampaikan Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana. Menurut Denny,tidak ada fasilitas istimewa yang diberikan kepada Nunun selama di tahanan. “Ibu Nunun hanya datang dengan pakaian dan obat-obatan. Saya perintahkan Kepala Rutan Pondok Bambu untuk memastikan semua berjalan baik tanpa penyimpangan,” ujar Denny Indrayana.

Sudah Berniat Pulang

Di bagian lain,kuasa hukum Nunun, Ina Rahman, mengatakan sebenarnya kliennya sudah memutuskan akan kembali ke Indonesia pada Januari tahun depan.“Sebenarnya Ibu ingin sekali pulang Januari (2012), tetapi kondisinya belum sehat, jadi diurungkan,” kata Ina Rahman saat dihubungi kemarin.

Menurut Ina, Nunun Nurbaetie, tak betah hidup dalam pelarian di luar negeri. Bahkan, dia selalu ingin pulang ke Indonesia secara sukarela,tapi lagi-lagi terkendala kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan. “Secara fisik dia memang sehat, tapi sebenarnya tidak. Penyakitnya amnesia mengarah ke demensia,” jelasnya.

Baru saja berkeinginan untuk pulang, pada Rabu, 7 Desember, akhirnya datang tujuh orang anggota interpol atau polisi internasional ke kediaman kontrakan Nunun di Bangkok, Thailand. Pada saat penangkapan, Nunun sempat ketakutan, bahkan menolak dibawa ke Kedutaan Besar RI di Thailand.

Selanjutnya, pada keesokan harinya tim dari KPK datang menjemput Nunun untuk dibawa pulang ke Indonesia.“Seharusnya Ibu ke Kedutaan Indonesia dulu di Thailand, tetapi Ibu memilih langsung pulang,” kata Ina. Akhirnya, Nunun dan tim KPK terbang ke Jakarta menggunakan pesawat yang sama, Garuda Indonesia GA 867.

Tim KPK yang dipimpin Wakil Ketua KPK Bidang Penindakan Chandra M Hamzah mengawal Nunun dalam satu pesawat. “Sehingga tanda tangan surat penangkapan dilakukan di pesawat GA 867,”ujar Ina. Kekhawatiran Nunun atas keselamatannya juga masih terjadi saat tiba di Indonesia.Bahkan, saat tiba di Gedung KPK, sekitar pukul 19.30 WIB kemarin, Nunun masih mengkhawatirkan keselamatannya.

Pengacara tidak memerinci alasan Nunun begitu ketakutan dan khawatir akan kondisi keselamatannya.“ Beliau ingin ada jaminan keselamatan,makanya waktu tiba (di Gedung KPK) pakai rompi antipeluru,”kata Ina.

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/450969/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar