Minggu, 18 Desember 2011

[Koran-Digital] Menjadi Raja di Rumah Sendiri

Menjadi Raja di Rumah Sendiri PDF Print
Monday, 19 December 2011
MENGANTISIPASI dampak krisis ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat (AS)
yang ditengarai bakal semakin terasa efeknya pada sektor perdagangan
tahun depan,pemerintah mengubah strategi.

Fokus pemerintah kini tak lagi ke pasar global,tapi justru ke pasar
domestik.Penguatan pasar domestik diyakini lebih aman sekaligus dapat
menjaga kinerja sektor perdagangan nasional. Dengan dukungan lebih dari
200 juta penduduk,mudah memahami kenapa pemerintah memilih langkah ini.
Seperti diungkapkan Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan,kekuatan
utama ekonomi Indonesia sesungguhnya berasal dari pasar domestik.

Karena itu, perlu pengembangan pasar domestik untuk merealisasi kekuatan
tersebut sebagai pelindung dari dampak krisis global. Gita bahkan
menyebutkan, sumbangan pasar domestik mencapai 60% dari total produk
domestik bruto (PDB). Jika pasar domestik dikembangkan lebih jauh dengan
peningkatan efisiensi, konektivitas,dan fasilitas,perekonomian Indonesia
diyakini semakin berkibar dan mampu bertahan terhadap imbas krisis yang
berasal dari luar.

Namun,strategi itu bukan tanpa tantangan.Pemerintah, jelas Gita,harus
meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan memudahkan
perizinan demi pengembangan pasar domestik.Semakin berkualitas
SDM-nya,makin pintar pula mereka melihat peluang dan merealisasinya
menjadi kekuatan ekonomi.

Tapi, itu saja belum cukup.Tanpa dukungan infrastruktur yang
memungkinkan keterhubungan, sulit berharap ada efisiensi yang akan
merealisasi kekuatan pasar domestik. Bayangkan saja,di kebanyakan pasar
di Pulau Jawa saat ini,jeruk impor asal Negeri Panda bisa dijual lebih
murah ketimbang jeruk lokal dari Kalimantan.

Kentang lokal dibuat tidak berkutik karena murahnya harga kentang impor
yang juga menjanjikan kualitas lebih. Jahe lokal pun nyaris kehilangan
wanginya karena digencet jahe impor dari China. Memang,tak cuma kita
yang melihat peluang besar di pasar Tanah Air.Negara lain pun,terutama
yang telah meneken perjanjian perdagangan bebas dengan Indonesia,
memandang pasar Tanah Air bagai periuk madu yang menggiurkan.

Bayangkan, pasar domestik untuk barang konsumsi saja hingga akhir 2011
diperkirakan mencapai Rp3.780 triliun. Tak aneh jika saat ini pasar
dalam negeri terus kebanjiran produk impor,legal maupun ilegal.Mulai
dari mainan anakanak, produk pertanian,jamu, kosmetik,produk elektronik,
pakaian jadi hingga barangbarang konsumsi lainnya menyemuti pasar
tradisional dan modern.

Kendati tak kalah di sisi kualitas,produk lokal umumnya kedodoran soal
harga.Akibatnya,pasar domestik justru jadi lahan basah untuk produk
impor. Upaya meningkatkan daya saing demi merebut dominasi di pasar
domestik memang mutlak.Sebab,salah satu penyebab banjir impor produk
konsumsi adalah dampak krisis ekonomi global.Krisis itu membuat setiap
negara berlomba untuk mencari pasar alternatif atau pasar baru.

Indonesia dianggap sebagai pasar yang empuk baik dari segi jumlah
penduduk maupun kesukaan masyarakatnya pada produk luar negeri.
Solusinya,menggenjot efisiensi untuk mendongkrak daya saing,juga
menyiapkan seperangkat aturan untuk melindungi pasar dalam negeri.
Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat menegaskan, pemerintah akan
menyusun program efisiensi dengan pendekatan korporasi.

Salah satu contoh ialah dengan membangun konektivitas
transportasi,meminimalkan biaya logistik dan suku bunga bank.Dengan
langkah ini,diharapkan daya saing produk domestik bisa terdongkrak .
Cara seperti itu,kata Menteri Perindustrian MS Hidayat, telah diterapkan
oleh Brasil melalui penerbitan surat keputusan presiden yang disebut
Bigger Brazil.Dalam aturan itu semua kementerian berhak menjaga pasar
domestik dari serbuan asing.

"Dalam enam bulan mereka bisa lakukan hal itu,"kata Hidayat. Kemudahan
untuk pelaku pasar domestik juga diberikan China dengan memberikan
potongan pajak sebesar 6–14%.Itu berhasil membuat China menjadi raja di
negerinya dan bahkan berhasil "menjajah"pasar di seluruh dunia.
Kini,tinggal berharap agar kombinasi upaya-upaya tadi, yang disertai
implementasi yang ketat,benar-benar menjadikan kita raja di pasar
sendiri. bernadette lilia nova

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/452861/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar