Senin, 19 Desember 2011

[Koran-Digital] M SOBARY: Anoman Obong dan KPK

Anoman Obong dan KPK PDF Print
Tuesday, 20 December 2011
Pertarungan abadi kebaikan melawan kejahatan, dimulai sejak hari pertama
sejarah manusia digelar di muka bumi,dan akan berakhir ketika sejarah
kemanusiaan digulung kembali oleh Maha Sutradara, yang memegang
kekuasaan di atas panggung kehidupan ini.


Perang Paderi di Minangkabau awal abad ke-19, juga dipersepsikan sebagai
benturan kebaikan, diwakili golongan putih, melawan kejahatan yang
diwakili golongan hitam.Kedua golongan ini masing-masing disimbolkan
oleh warna pakaian mereka. Para haji,kaum Paderi berpakaian serbaputih
dan kaum adat berpakaian hitam. Pertarungan golongan putih
melawangolonganhitam,dalam sejarah Demak, terjadi ketika dua pusaka:
keris Naga Sasra dan Sabuk Inten, lenyap dari gedung pusaka Keraton.

Jika kedua pusaka jatuh di tangan golongan hitam—yang gigih berusaha
menguasainya—maka tanah Jawa akan dikuasai kejahatan dan hidup akan
sangat sengsara. Maka golongan putih tampil di panggung sejarah Keraton
tersebut untuk mencegah golongan hitam berkuasa. Batara Rama dari negeri
Pancawati hendak meyakinkan Dasamuka di Alengka,bahwa persahabatan bisa
menyelamatkan dunia dan membuat hidup lebih nyaman,tapi sebaliknya,
perang hanya akan membawa kehancuran. Rama memerlukan seorang duta untuk
menyampaikan pesan tadi.

Maka sesudah melalui proses seleksi ketat yang jujur dan penuh tanggung
jawab politik demi kebesaran negara —sangat berbeda dibanding sikap DPR
kita—Anoman yang terpilih. Duta ini diperlakukan buruk. Prajurit yang
siaga menyergapnya, dan Anoman diikat,untuk kemudian dibakar. Kekejaman
memalukan ini dikenang sebagai Anoman Obong, yang menjadi tragedi
mengerikan karena kera putih ini ternyata tak terbakar. Dengan badannya
sendiri sebagai sumbu api, dia terbang ke mana- mana, dan kemarahan tak
tertahan Duta ini hinggap di atas setiap bangunan dan membakarnya.

Negeri Alengka hangus karena serangan balik kebaikan, yang mengejawantah
dalam pribadi Anoman. Jawaban Dasamuka jelas: dia memilih perang,dan
bukan persahabatan. Prabu Rama, simbol suara rohani, kecewa. Betapa
Dasamuka telah terlalu jauh terseret nafsu angkara. Tapi Rama masih
mengirim Duta yang kedua, yang juga tak memperoleh penyelesaian damai.
Apa boleh buat. Jalan kekerasan perang yang ditempuh. Dan
Dasamuka—pencuri, perampok dan pembunuh, koruptor kelas kakap—dibunuh.
Tapi Dasamuka tak mati. Dia hidup abadi.

Jika dia bangkit dari alam kegelapan, maka gunung-gunung terguncang
dahsyat. Gempa bumi mengakibatkan kerusakan. Kita juga kena akibatnya
karena negeri kita ini pun ditempati Dasamuka. Segala puji bagi Tuhan,
kita tak terlalu takut pada Dasamuka karena di tengah kita ada Rama, dan
segenap prajurit kera yang hebat, termasuk Anoman. KPK, yang merupakan
harapan kita, sama seperti Anoman, yang pernah menjadi harapan Prabu
Rama dan seluruh rakyatnya. KPK lahir sebagai aspirasi kultural civil
society kita, yang mendambakan bersihnya tatanan pemerintahan.

Birokrasi bersih pangkal kemakmuran. Maka tiba saatnya para pejabat,
para birokrat, dan para politisi—terutama yang di Senayan itu—untuk
segera bertaubat. Pertaubatan membuka pintu ampunan.Tapi jika mereka
membatu,tuli,bisu,buta,maka jelas mereka itu turunan Dasamuka, yang
hidup di alam kegelapan. Mereka lupa, birokrasi korup itu pangkal
bencana,dan anak-cucu Dasamuka tak peduli dengan kemungkinan datangnya
bencana itu.

Karya

Civil society kita mengembangkan aspirasi kehidupan yang adil,sehingga
jiwa politisi utuh tertuju pada mengabdi negara dan rakyatnya, dan
pejabat tak berbuat lain, selain melindungi rakyat dan segenap tumpah
darah di negeri ini.Aspirasi ini bukan doa pasif, yang hanya memohon,
melainkan juga merupakan energi dinamis, yang bekerja. Rumus berdoa,
lalu bekerja, berdoa lagi, dan bekerja lagi, sudah kita wujudkan dalam
hidup.

Kita tak ingin korupsi menjadi raja. Maka kita bekerja. Anak-anak muda
yang tergabung dalam aliansi ini aliansi itu, atau kelompok yang
merupakan kekuatan yang gigih mengawasi ini mengawasi itu, dan bahkan
ada yang khusus mengawasi korupsi, misalnya ICW, ini bentuk kekuatan
jiwa bangsa yang saleh. Dengan kekuatan ini semua, seharusnya negeri
kita ini aman dari kejahatan korupsi. Dengan semua wujud kesalehan ini,
kita berhak mengharapkan hasilnya. Kita bahkan—sekali lagi— mendirikan
KPK. Ini jagoan yang kita pilih. Ini Anoman kita.

Dalam krisis parah ini, semoga KPK menjadi jawaban melegakan. Zaman
gelap gulita yang sengaja digelapi Dasamuka dan anak-cucunya ini tak ada
jawaban lainnya, sekali menghadirkan Anoman. KPK perlu tahu lebih dulu,
Anoman ini berkulit putih dan berhati putih. Dia lambang kerendahan hati
dan kesederhanaan. Tapi kekuatannya—dalam bahasa pedalangan—"magilo-
gilo" , melebihi seribu gajah, tujuh gunung.Tak ada yang mampu menahan
amarahnya. Oleh karena itu, KPK tak usah banyak bicara. Ibarat jago, tak
usah berkokok-kokok di siang bolong.

Orang tahu jago sejati itu diam, tapi siap bertarung. KPK berbicara
dalam bahasa karya,bukan bersastra. KPK mengabdi kepentingan politik
bangsa tapi tidak melakukan debat politik.KPK menjadi kekuatan penegak
hukum, tapi tak perlu melayani perdebatan hukum yang bisa membikin KPK
kelihatan dungu, dan tolol. Tunjukkan karya.Hanya hasil karya yang
ditunjukkan,bukan kata-kata. Masyarakat tak perlu tahu kapan, dan dengan
strategi apa KPK bekerja.Tapi masyarakat harus tahu hasilhasilnya.

Maka Ketua hanya bicara sedikit.Tuding menuding, tuduh menuduh, tak usah
dilayani. Ketua diam. Banyak ranjau. Banyak jebakan. Sikap waspada
dijaga. Galang kekuatan civil societysebagai pendukung setia.Mereka tak
minta bayaran. Ada buku baru, yang baru akan naik cetak: "Orang Kampung
Melawan Korupsi". Ini kekuatan civil society yang diberkati. Jika
kekuatan ini digabung dengan KPK, ini berarti dukungan kekuatan surgawi
yang nyata. Apa yang kurang pada KPK sekarang? Sinergiskan semua kekuatan.

Dan mulai bekerjadengan cara baru,yang lebih fokus, lebih jelas, lebih
menimbang suara publik. Selebihnya diamlah. Membisu tak berarti telah
menjadi batu.Adu argumen tak ada gunanya karena sukses gagalnya KPK tak
ditentukan di medan perdebatan,melainkan dalam bakti, pada negeri.
Jangan lupa, KPK itu Anoman Duta. Dan duta sejati, hanya punya satu
komitmen: "bagimu negeri,jiwa raga kami." ●

M SOBARY
Esais, Anggota Pengurus Masyarakat Bangga Produk Indonesia, untuk
Advokasi, Mediasi, dan Promosi. Penggemar Sirih dan Cengkih, buat Kesehatan.

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/453100/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar