Senin, 12 Desember 2011 , 08:15:00 WIB
RMOL. Pemerintah diminta membuat aturan yang bisa membatasi
pertumbuhan ritel waralaba asing di dalam negeri. Langkah ini untuk
melindungi pasar tradisional yang keberadaannya makin tergerus.
"Saat ini, kondisi pasar tradisional dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) terus terjepit dengan serbuan peritel asing," kata
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional Indonesia (APPTI) Ngadiran
kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.
Pemerintah, kata dia, harus berpihak kepada pedagang tradisional.
Tapi, yang terjadi sebaliknya. Pemerintah khususnya pemerintah daerah,
justru tidak melindungi pedagang tradisional.
"Buktinya banyak sekali ritel baik asing atau modern dibangun di daerah
yang banyak pedagang kecilnya,"cetusnya.
Di pasar tradisional, dampak dari menjamurnya ritail itu adalah dengan
berkurangnya jumlah pedagang pasar karena tak ada pembelinya. Ia juga
mengatakan, revitalisasi pasar tradisional juga tidak memberikan
dampak apa-apa dalam meningkatkan persaingan dengan ritail asing.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Gunaryo mengatakan, pihaknya
menyerahkan ke Pemda untuk memutuskan realisasi izin ekspansi toko
eceran bermerek asing di daerah.
"Kita dari dulu kan terbuka (investasi asing di sektor ritel). Jadi
koridornya tinggal menunggu apakah di daerah tersebut masih
mengizinkan atau tidak," kata Gunaryo kepada Rakyat Merdeka di
Jakarta, kemarin.
Dia mengatakan, Indonesia telah memiliki rambu-rambu yang terperinci
bagi peritel asing yang akan ikut jualan di dalam negeri.
"Rambu mengenai asing sudah ada. Sekarang, tinggal implementasinya
apakah di daerah tersebut masih perlu hipermarket atau tidak," lanjutnya.
Untuk diketahui, sebanyak 12 perusahaan waralaba AS akan membawa 16
merek untuk menggaet investor Indonesia. Mereka tergabung dalam Misi
Perdagangan Franchise Times pertama kalinya datang ke Indonesia.
Delegasi ini akan berada di Jakarta pada 12-13 Desember 2011.
Untuk mengawali misi perdagangan dua harinya di Indonesia, perwakilan
waralaba restoran cepat saji Johnny Rockets akan meneken Memorandum of
Understanding (MOU) dengan Sahid Group. Mereka bakal mendirikan
restoran AS terkenal di Bali.
Namun Wakil Ketua Umum Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (Aprindo)
Tutum Rahanta menilai, terus bermunculannya retail di daerah memang tak
bisa dihindari karena terkait perubahan gaya hidup dan besarnya pasar
Indonesia.
Berdasarkan data Aprindo, jumlah ritail saat ini baru mencapai 30-35
persen dari pangsa pasar. "Pertumbuhan ini akan terus meningkat seiring
perubahan life style penduduk dan membaiknya daya beli masyrakat,"
ujar Tutum kepada Rakyat Merdeka, kemarin. Dia juga menyayangkan
usulan pembatasan ritel asing. [Harian Rakyat Merdeka]
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar