Senin, 12 Desember 2011

[Koran-Digital] Guru Besar UI: Rupiah Nol-nya Kebanyakan, Harus Diredenominasi

Selasa, 13/12/2011 11:29 WIB
Guru Besar UI: Rupiah Nol-nya Kebanyakan, Harus Diredenominasi
Herdaru Purnomo - detikFinance

Depok - Mantan Menteri Perekonomian dan Industri Dorodjatun Kuntjoro
Jakti mengatakan rencana redenominasi perlu direalisasikan. Karena
Indonesia salah satu negara yang memiliki mata uang dengan angka nol
terbanyak sehingga pantas dikurangi.

"Saya kira mungkin ini harus dibicarakan lebih jauh yah. Kan sekarang
paling besar itu pecahan Rp 100.000. Nol-nya banyak harus redenominasi,"
kata Dorodjatun yang juga Guru Besar Universitas Indonesia (UI) dalam
sebuah seminar Research Day di FEUI, Depok, Jawa Barat, Senin (13/12/2011).

Dorodjatun mencontohkan ketika menjadi duta besar di AS, Ia sempat ke
Istanbul Turki yang memang memiliki mata uang cukup banyak nol-nya.
Alhasil Dorodjatun mengaku kaget ketika harus membayar hotel yang
jumlahnya bisa miliaran.

"Satu dolar AS itu bisa ratusan ribu di Turki dahulu. Nah bayar hotel
bisa miliaran," katanya.

Akhirnya, Dorodjatun mengatakan Turki sendiri melakukan redenominasi dan
berhasil. Indonesia, sambung Dorodjatun perlu dilihat kembali dan memang
dilakukan.

"Saya kira penting, namun tunggu saja kajian bank sentral," tukasnya.

Redenominasi atau penyederhanaan rupiah tanpa mengurangi nilainya mulai
dibahas di 2012. Saat ini Indonesia dalam proses redenominasi Rp 1.000
menjadi Rp 1 akan berkaca pada kisah sukses redenominasi dari Turki.

"Kita belajar dari Turki yang sukses melakukan redenominasi," ungkap
Juru Bicara BI Difi Johansyah kepada detikFinance, pekan lalu.

Redenominasi dilakukan setelah Turki menjaga inflasinya di bawah 10%.
Sementara tingkat inflasi di Indonesia terjaga di bawah 5%.

"Hal ini menjadi bekal ke depan. Adanya disiplin fiskal Indonesia dan
rendahnya inflasi menjadi modal proses redenominasi bisa sukses," jelasnya.

Turki tercatat pernah sukses melakukan redenominasi dengan menghilangkan
6 angka nol pada mata uangnya. Jadi redenominasi yang dilakukan Turki
adalah mengubah 1.000.000 lira menjadi 1 lira pada tahun 2005.

Namun redenominasi yang dilakukan Turki ini berbeda dengan yang akan
dilakukan Indonesia. Seperti dikutip dari situs bank sentral Turki,
Kamis beberapa waktu lalu, kebijakan redenominasi ini dilakukan untuk
menekan laju inflasi Turki yang sangat tinggi sejak tahun 1970-an.
Inflasi yang tinggi ini menyebabkan nilai ekonomi di negara belahan
Eropa tersebut mencapai hitungan triliun, bahkan kuadriliun.

Sebagai dampak dari inflasi tinggi ini juga, setiap 2 tahun sekali sejak
1981, bank sentral Turki selalu menerbitkan mata uang kertas pecahan
baru yang lebih besar. Bahkan ada mata uang yang mencapai 20 juta lira,
atau merupakan mata uang dengan nominal terbesar di dunia. Hal ini pula
yang menyebabkan kredibilitas mata uang Turki menurun.

Pecahan nominal yang besar ini menyulitkan maslah dalam sistem
pencatatan akuntansi dan statistik di negara tersebut. Hal inilah yang
menjadi latar belakang redenominasi dilakukan.

(dru/dnl)

http://us.finance.detik.com/read/2011/12/13/112916/1789761/5/guru-besar-ui-rupiah-nol-nya-kebanyakan-harus-diredenominasi?f9911033

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar