Rabu, 14 Desember 2011

[Koran-Digital] EDITORIAL Setoran buat Partai Demokrat

Lasus Muhammad Nazaruddin mengungkap banyak praktek aneh dalam politik
yang semestinya juga diusut. Salah satunya mengenai sumbangan politikus
ini sebesar Rp 13,9 miliar ke Partai Demokrat. Setoran seperti ini amat
mencurigakan lantaran, di sisi lain, Nazaruddin diduga memperoleh banyak
fulus dari proyek pemerintah.

Setoran itu terungkap dalam laporan keuangan yang dibuat Nazar ketika
masih menjadi Bendahara Umum Demokrat. Bukan hanya nama terdakwa kasus
suap Wisma Atlet ini yang tercatat sebagai penyumbang, tapi juga
petinggi Demokrat yang lain, seperti Anas Urbaningrum, Edhie Baskoro
Yudhoyono alias Ibas, dan Mirwan Amir.

Duit yang disetor Ibas dan Mirwan pun cukup besar, masing-masing Rp 2,2
miliar dan Rp 9,2 miliar.

Publik tentu mempertanyakan dari mana mereka mendapatkan duit sebanyak
itu. Nazar, misalnya, mengatakan setoran tersebut bukan berasal dari
uang pribadi, melainkan uang yang dikumpulkan dari rekan-rekannya di
partai. Tapi jawaban ini janggal lantaran pada pos penerimaan dalam
laporan yang sama juga dicatat iuran politikus Demokrat di Senayan
dengan jumlah total Rp 6,5 miliar.

Mungkinkah duit itu berasal dari proyek-proyek pemerintah yang selama
ini dimainkan oleh Nazar dan rekanrekannya? Kecurigaan ini bukan tanpa
alasan. Banyak indikasi yang menunjukkan sederet politikus mengeruk
fulus dari proyek seperti pembangunan Wisma Atlet, pengadaan peralatan
laboratorium di sejumlah kampus, dan proyek pusat olahraga Hambalang,
Bogor, Jawa Barat.

Nazar sendiri juga dijerat hukum lantaran diduga menerima duit miliaran
rupiah dari proyek Wisma Atlet.

Seandainya Komisi Pemberantasan Korupsi juga menyeret Nazar dengan pasal
pencucian uang, asal-usul sekaligus muara harta terdakwa akan mudah
ditelusuri.

Lewat delik ini pengadilan juga bisa menyita seluruh kekayaan Nazar yang
didapat secara tidak sah. Tak digunakannya senjata ampuh ini membuat
orang ragu apakah KPK benar-benar akan membongkar tuntas skandal Nazar
dan rekan-rekannya.

Keraguan yang sama ditujukan pada kalangan partaipartai. Seperti
beberapa partai lain, Demokrat, yang berslogan bersih, cerdas, dan
santun, juga belum membeberkan laporan keuangannya secara transparan.
Padahal kewajiban ini jelas diatur dalam Undang-Undang Partai Politik
maupun Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik. Rakyat berhak
mengetahui berapa dan dari mana saja sumber dana partai, karena
institusi ini menerima bantuan dari anggaran negara.

Dalam Undang-Undang Partai Politik bahkan ditegaskan, partai dilarang
menggunakan fraksinya di MPR, DPR, dan DPRD sebagai sumber pendanaan.
Itu sebabnya, pungutan dari anggota DPR untuk kas partai perlu
dipertanyakan. Cara seperti ini justru akan mendorong politikus yang
duduk di lembaga legislatif menyalahgunakan wewenang.

Tanpa keinginan membongkar tuntas skandal Nazar dan memanfaatkannya
sebagai momentum untuk menata sumber keuangan partai, sulit mengharapkan
adanya praktek politik yang bersih. Para politikus juga bisa berpidato
setiap hari bahwa partai mereka pro-pemberantasan korupsi dan bersih,
tapi publik tidak akan percaya bila mereka selalu menyembunyikan sumber
dana partai.

http://epaper.korantempo.com/PUBLICATIONS/KT/KT/2011/12/15/ArticleHtmls/EDITORIAL-Setoran-buat-Partai-Demokrat-15122011003003.shtml?Mode=1

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar