Senin, 12 Desember 2011

[Koran-Digital] EDITORIAL Setelah Nunun Ditangkap

Komisi Pemberantasan Korupsi semestinya tak menyia-nyiakan peluang
membongkar tuntas skandal suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank
Indonesia. Momentum itu datang setelah Nunun Nurbaetie ditangkap. Istri
bekas Wakil Kepala Polri Adang Daradjatun ini diduga berperan besar
dalam mengalirkan suap berupa cek pelawat ke politikus Senayan.

Nunun, yang sejak Februari 2011 ditetapkan sebagai tersangka, akhirnya
ditangkap di Thailand pekan lalu.

Ia dituduh menyebarkan 480 lembar cek pelawat senilai Rp 24 miliar
kepada puluhan anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 1999-2004.
Pembagian fulus ini berkaitan dengan pemilihan Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia Miranda Swaray Goeltom.

Penangkapan Nunun itu sangat penting untuk membuktikan bahwa KPK tidak
setengah hati, apalagi tebang pilih, dalam membongkar kasus ini.
Soalnya, semua politikus yang menerima suap itu sudah diadili dan
dijebloskan ke penjara. Tapi rasa keadilan masyarakat tetap akan terusik
bila kasus ini hanya berhenti pada penerima suap dan Nunun.

Orang tentu tak percaya Nunun merupakan aktor intelektual di balik
penyuapan terhadap politikus Senayan. Sebab, banyak indikasi yang
menunjukkan bahwa sang tersangka hanyalah perantara. Kemungkinan ada
penyandang dana yang menyokong pencalonan Miranda Goeltom. Hingga
sekarang peran Miranda dalam praktek kotor ini juga belum terkuak.
Tidaklah masuk akal bila hubungan antara Nunun dan Miranda cuma sebatas
teman sosialita seperti yang selama ini diakui Miranda.

Pengakuan Adang Daradjatun, suami Nunun, kemarin, bahwa istrinya dekat
dengan Miranda, setidaknya bisa dijadikan pintu masuk untuk mengurai
kasus tersebut. Adang juga mengindikasikan bahwa Miranda berposisi
sebagai "motivator"di balik keluarnya cek pelawat. Dengan informasi
penting ini, KPK perlu bertindak cepat memeriksa Miranda.

Dalam persidangan sejumlah bekas anggota DPR yang dijerat kasus ini,
Miranda memang menyatakan tak tahu-menahu ihwal praktek suap di balik
kemenangannya itu.Tapi pengakuan ini bisa dengan mudah dikonfrontasikan
dengan keterangan Nunun. Apalagi beberapa politikus yang kini menjadi
terpidana kasus itu menyebutkan dalam persidangan sebelumnya bahwa Nunun
mustahil tak memiliki kaitan dengan Miranda.

Tak hanya mengungkap dalang penyuapan, KPK semestinya pula berupaya
membongkar sisi gelap kasus Nunun selama ini. Sebelumnya, ia dinyatakan
terserang penyakit lupa sehingga perlu berobat ke luar negeri. Ternyata
kini ia tampak segar-bugar. Ketua KPK Busyro Muqoddas pernah pula
mengatakan ada kekuatan besar yang melindungi pelarian Nunun. Ucapan itu
tentu harus dibuktikan.

Dalam rentang waktu lebih dari satu setengah tahun, publik telah
disuguhi kepura-kepuraan perburuan terhadap tersangka. Masyarakat juga
heran kenapa Nunun baru dicekal dan akhirnya jadi tersangka setelah
berada di luar negeri. KPK mesti bekerja ekstrakeras membongkar
kejanggalan ini.

Tertangkapnya Nunun jelas sebuah kemajuan. Hanya, KPK masih dianggap
bekerja setengah hati jika tak mampu menguak tuntas misteri pelarian
Nunun dan skandal suap itu.


http://epaper.korantempo.com/PUBLICATIONS/KT/KT/2011/12/13/ArticleHtmls/Setelah-Nunun-Ditangkap-13122011003021.shtml?Mode=1

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar