Minggu, 18 Desember 2011

[Koran-Digital] EDITORIAL Kekuatan Besar Penjaga Nunun

SEPERTI sudah diduga, tak sampai sepekan seteS lah ditangkap, Nunun
Nurbaetie sudah terban tar di Rumah Sakit Kepolisian, Kramat Jati,
Jakarta Timur. Dari sel suntuk Rumah Tahanan Pondok Bambu dengan 33
penghuni berdempetan, istri mantan Wakil Kepala Kepolisian itu kini
boleh berselesa di kamar sejuk, lengkap dengan pesawat televisi.
Perintah Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Denny Indrayana
kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan, yang terkesan keras
memperlakukan Nunun, kini terasa lebih sebagai guyonan akhir pekan.

Sikap skeptis yang muncul di tengah masyarakat jelas asal-usulnya.
Pengalaman membuktikan betapa beberapa kasus korupsi besar
timpa-bertimpa bak berlomba: yang terdahulu seperti menguap, disulihkan
oleh yang mutakhir. Bukan salah khalayak jika muncul syak wasangka bahwa
di balik urut-urutan penyingkapan perkara ini tersimpan skenario besar
yang diatur oleh tangan-tangan tersembunyi--tapi berkuasa.

Serial penangkapan Nunun Nurbaetie, dua pekan lalu, yang tak ubahnya
cerita detektif, menguak kehadiran tangan kuat yang ditengarai
melindungi Nunun. Tersebutlah peran "konsultan"keamanan yang dipimpin
seorang pensiunan marinir Amerika Serikat bernama Philip B. Christensen.
Kelompok inilah yang diyakini sumber Tempo menata jalur bolak-balik
pelarian Nunun dari Singapura ke Thailand, Laos, dan Kamboja. Merancang
pelarian Nunun, Philip mengadakan puluhan kali perjalanan lintas negara.
Komisi Pemberantasan Korupsi perlu menjawab spekulasi yang tumbuh di
masyarakat ihwal keterlibatan orang-orang terdekat Nunun, termasuk Adang
Daradjatun, dalam perkara ini.

Perempuan pesohor ini ditengarai berperan sebagai distributor 480 helai
cek pelawat senilai Rp 24 miliar bagi puluhan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat periode 1999-2004. Bingkisan itu dikaitkan dengan pemilihan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, yang kemudian dimenangi Miranda
Swaray Goeltom.
Nunun dinyatakan sebagai tersangka sejak Februari tahun ini. Banyak hal
ganjil tersemat dalam perkara ini. Sementara para penerima suap sudah
dikirim ke balik jeruji penjara, misalnya, pemberi suap dan kaki
tangannya masih tak tersentuh.

Sebetulnya, pertanyaan substansial adalah siapa yang paling beroleh
keuntungan dengan duduknya Miranda Goeltom di kursi Deputi Gubernur
Senior Bank Indonesia. Inilah yang harus dikejar para penyidik Komisi
Pemberantasan Korupsi. Jawaban atas pertanyaan substansial ini sekaligus
akan mengungkapkan bukan hanya operator dan motivator, tapi juga
"donatur"dan "investor"proyek suap yang sudah cukup lama
tunggang-tunggit ini.

Nunun bisa menjadi pintu masuk mencari jawaban atas pertanyaan
substansial itu. Karena itu, komisi antikorupsi berkewajiban mengawal
"kesehatan"Nunun secara melekat, termasuk membentuk tim dokter
independen untuk melakukan pemeriksaan. Berkaca pada beberapa pengalaman
terdahulu, para penggiat dan lembaga swadaya antikorupsi harus mengawal
ketat pengusutan atas Nunun, supaya tak "masuk angin"di tengah jalan.
Pada tingkat terakhir, adalah keberanian dan tekad para pemimpin Komisi
Pemberantasan Korupsi yang dipertaruhkan dalam menyelesaikan kasus ini.
Khalayak ingin tahu: siapa sesungguhnya pemeran utama dalam kasus
Miranda ini.

http://epaper.korantempo.com/PUBLICATIONS/KT/KT/2011/12/19/ArticleHtmls/EDITORIAL-Kekuatan-Besar-Penjaga-Nunun-19122011003013.shtml?Mode=1

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar