Jumat, 16 Desember 2011

[Koran-Digital] EDITORIAL Gagal Melindungi Perempuan

Pemerkosaan terhadap pedagang sayur di Depok, Jawa Barat, bukanlah
masalah sepele. Ditambah dengan merajalelanya kejahatan lain, seperti
pembunuhan dan perampokan di angkutan umum, kasus ini menunjukkan
lemahnya negara dalam melindungi rakyat. Pemerintah juga tidak mampu
menyediakan fasilitas, termasuk sarana transportasi, yang nyaman dan aman.

Kewajiban pemerintah menjamin keamanan masyarakat itu bahkan tidak
dibatasi oleh waktu. Pada dinihari sekalipun, seperti ketika pedagang
perempuan itu diperkosa oleh beberapa lelaki dalam angkutan kota alias
angkot beberapa hari lalu, rakyat harus tetap terlindungi. Jika tidak
mungkin polisi mencegah beragam jenis kejahatan di angkutan umum yang
terjadi setiap saat, semestinya pemerintah menciptakan angkutan yang aman.

Tak hanya diperkosa, perempuan 35 tahun yang menumpang angkot M-26
tersebut juga terluka lantaran mencoba melawan para pelaku. Korban, yang
ingin pergi ke Pasar Kemiri Muka, Depok, itu dibawa berputar-putar dan
akhirnya ditinggal begitu saja di kawasan Cibubur, Jakarta Timur.

Kasus pemerkosaan di Depok itu hanya berselang beberapa bulan dari
kejadian serupa di Jakarta Selatan. Korbannya seorang karyawati yang
baru pulang dari kantor. Ia digagahi oleh sopir tembak dan rekannya
ketika naik angkot D-02 rute Lebak Bulus-Pondok Labu. Beberapa waktu
lalu, seorang perempuan yang sedang naik angkot menuju Kampung Melayu
juga nekat melompat dari kendaraan lantaran ada gelagat akan diperkosa.

Pejabat pemerintah biasanya akan menyatakan prihatin atas kejadian
seperti itu. Lalu, kepolisian menggelar razia untuk menertibkan angkot
liar atau yang menggunakan sopir tembak. Tapi penertiban seperti ini
hanya menciptakan suasana aman untuk sementara. Bahkan, sekalipun pelaku
pemerkosaan tersebut ditangkap seperti dalam kasus Lebak Bulus, ancaman
jenis kejahatan ini terhadap perempuan tak juga surut.

Semua itu menunjukkan langkah yang dilakukan pemerintah terlalu kecil
dibanding berjuta peluang kejahatan dalam angkutan umum di Jakarta dan
sekitarnya. Jangankan menciptakan angkutan umum yang aman di malam hari,
menyediakan angkutan yang layak dan aman untuk siang hari saja
pemerintah kewalahan. Tak mengherankan pula, pada siang hari pun, banyak
perempuan menjadi korban pelecehan seksual saat naik angkutan umum.

Persoalan ini semestinya segera dipecahkan karena menyangkut kepentingan
rakyat banyak. Pemerintah daerah DKI Jakarta serta kota-kota di
sekitarnya perlu menyediakan transportasi yang aman bagi penduduk. Jika
masalah ini tak bisa diselesaikan oleh gubernur, wali kota, atau bupati,
pemerintah pusat perlu turun tangan. Apalagi persoalan ini juga
berkaitan dengan kepolisian, yang menjadi penjaga keamanan, dan
Kementerian Perhubungan, yang mengurus sistem transportasi.

Orang yang mampu tentu bisa menggunakan kendaraan pribadi agar terjamin
keamanannya. Masalahnya, masyarakat biasa pun memerlukan mobilitas
setiap saat. Kita juga tidak bisa melarang pedagang perempuan bepergian
naik angkutan umum pada dinihari atau karyawati pulang kerja pada malam
hari.

Justru kewajiban pemerintahlah melindungi rakyat, termasuk perempuan,
kapan pun dan dalam situasi apa pun.

http://epaper.korantempo.com/PUBLICATIONS/KT/KT/2011/12/17/ArticleHtmls/Gagal-Melindungi-Perempuan-17122011003014.shtml?Mode=1

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar