Rabu, 07 Desember 2011

[Koran-Digital] Achmad Deni : Kecepatan dan E-Money

Kecepatan dan E-Money
Achmad Deni Daruri President Director Center for Banking Crisis

Dengan semakin canggihnya teknologi yang diterapkan, tidak hanya kecepatan transaksi yang akan semakin tinggi, tapi juga kecepatan dari penurunan biaya akan terjadi secara sistematis dalam bisnis e-money!"

KECEPATAN d a n teknologi bagaikan pinang dibelah dua, begitu pula antara teknologi dan biaya. Teknologi berpotensi menurunkan biaya dan begitu pula sebaliknya.

Peraturan BI Nomor 11/12/ PBI/2009 tentang e-money telah membuat peredaran e-money terus berkembang dalam rangka mengantisipasi kehidupan masyarakat yang semakin instan. Siti Oemijati dari Lembaga Demografi Universitas Indonesia, biasa disapa Bu Oemi, adalah orang yang pertama menemukan ide kehidupan instan dari masyarakat khususnya masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Era globalisasi telah mengubah perilaku masyarakat. Masyarakat semakin terperangkap oleh kebutuhan instan dari sandang, pangan, dan papan.

Lebih dari itu, kebutuhan akan kehidupan yang serbainstan memerlukan daya dukung infrastruktur yang sifatnya bearable minimum.

Sektor transportasi juga harus mendukung kehidupan yang serbainstan itu, termasuk juga sektor perbankan. Jika sektorsektor di dalam perekonomian tidak mampu mendukung

kehidupan yang serbainstan itu, masyarakatnya akan terancam oleh tingkat stres yang semakin tinggi. Akibatnya muncul banyak perilaku yang tidak sehat, mulai dari tidak pernah olahraga, tidur yang tidak mencukupi, hingga mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Penyakit yang dahulu jarang muncul seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat yang katanya semakin modern ini.

Untuk mendukung kehidupan yang serbainstan itu maka pelayanan transportasi dan perbankan juga harus bersifat instan. Artinya, masyarakat dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain secara cepat dan relatif murah. Begitu pula dengan pergerakan barang yang harus bergerak cepat dan relatif murah dari satu tempat ke tempat lainnya.

Globalisasi telah menghasilkan teknologi-teknologi baru yang memungkinkan proses tersebut terjadi. Salah satu teknologi baru itu ialah teknologi mesin transportasi, komputer, dan e-money. Penerapan e-money dalam hal ticketing khususnya yang terkait

dengan jasa transportasi di Indonesia merupakan salah satu inisiatif strategis yang perlu mendapatkan dukungan semua pihak. E-money dalam konteks transportasi didefinisikan sebagai alat pembayaran nontunai yang sekaligus menjadi tiket/token untuk penggunaan jasa transportasi tersebut. Jadi tidak hanya merupakan e-ticket yang merupakan electronic ticket (seperti halnya e-ticket di industri penerbangan) yang dapat dibayar menggunakan alat pembayaran tunai maupun nontunai menggunakan kartu kredit atau kartu debit, baik secara gesek langsung maupun melalui e-channel (ATM, internet banking, mobile, atau phone banking).

Penerapan teknologi e-money dalam sektor transportasi umum nya membutuhkan kecepatan transaksi yang sangat tinggi. Transaksi harus dapat diproses dalam waktu kurang dari 3 detik. Jika tidak, akan menyebabkan antrean layanan. Karena itu, teknologi yang diterapkan umumnya

ialah teknologi contactless offline transaction. Mekanisme contactless memungkinkan transaksi dilakukan lebih cepat daripada mekanisme gesek maupun dip.

Mekanisme offline transaction, dengan nilai uang (atau saldo) disimpan dalam kartu,

memungkinkan proses authentication dan authorization pada saat transaksi (pembelian) dilakukan dengan cepat karena tidak diperlukan pengecekan ke host/server. Sektor trans portasi merupakan derived demand dari permintaan akan barang dan jasa sehingga sektor ini sangat bergantung pada perkembangan sektor-sektor induknya tersebut. Sebagai derived demand maka e-money pada sektor ini juga merupakan derived demand.

Dengan demikian, teknologi bermain sangat vital sebagai game changer dari kurva permintaan akan transportasi tersebut. Teknologi sangat menentukan moda transportasi yang akan digunakan. Moda transportasi udara sangat bergantung pada teknologi pesawat yang semakin efisien dalam penggunaan bahan bakar. Sementara teknologi e-money merupakan teknologi pelengkap dari teknologi moda transportasi tersebut.

Teknologi e-money dapat meningkatkan ability to pay dari masyarakat pengguna moda transportasi. Bahkan teknologi ini, dengan meningkatnya ability to pay dari konsumen, dapat menyebabkan pola pemakaian moda transportasi juga akan berubah pesat. Pe

makaian moda transportasi laut dan darat akan shifting menjadi moda udara dengan meningkatnya ability to pay dari konsumen. Meningkatkan ability to pay dari konsumen tidak dapat dipisahkan dari terjadinya perbaikan fi nancial inclusion di dalam perekonomian. Pada hakikatnya terjadi sinergi antara ability to pay dan fi nancial inclusion.

Dengan adanya sinergi tersebut willingness to pay dari masyarakat juga akan meningkat. Kesenjangan antara willingness to pay dan ability to pay dapat dikurangi dengan dukungan teknologi e-money yang semakin cepat dapat memproses antrean layanan.

Dengan model probit, misalnya, akan dapat diteliti sejauh mana terjadinya pengaruh dari faktor-faktor variabel kontekstual terhadap ability to pay dan willingness to pay tersebut.

Sejauh mana teknologi e-money berperan terhadap kedua faktor tersebut secara empiris juga akan sangat menarik untuk dicermati. Faktor-faktor ini akan menentukan surplus produsen dari sektor transportasi maupun e-money. Sejauh mana net social benefit dalam perekonomian terbentuk pada

akhirnya ditentukan oleh kondisi general equilibrium dalam perekonomian.

Karena itu, subsidi bagi pembangunan sektor transportasi bukanlah hal yang tabu termasuk bagi pembangunan infrastruktur e-money agar fi nancial inclusion tercipta secara optimal.

Untuk itu perlu dibentuk tim task force dalam rangka memperbesar financial inclusion di dalam perekonomian. Adam, Bauer, dan Sickles (2002) mengatakan bahwa “We fi nd considerable scale economies and evidence of some scope economies for the provision of automated clearinghouse, fedwire, and book-entry services no matter whether we specify a separable quadratic or a translog cost function. In addition, we fi nd that disembodied technical change also contributed to the overall reduction in costs throughout the 1990s.” Dengan kata lain, surplus produsen akan meningkat pada pelaku sistem pembayaran dengan penerapan teknologi yang semakin modern. Dengan semakin canggihnya teknologi yang diterapkan, tidak hanya kecepatan transaksi yang akan semakin tinggi, tapi juga kecepatan dari penurunan biaya akan terjadi secara sistematis dalam bisnis e-money!

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2011/12/08/ArticleHtmls/Kecepatan-dan-E-Money-08122011014015.shtml?Mode=1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar