Minggu, 18 Desember 2011

[Koran-Digital] 2012, Akankah Bebas Banjir?

2012, Akankah Bebas Banjir? PDF Print
Monday, 19 December 2011
Banjir bagi Jakarta bukanlah masalah yang baru saja muncul. Saat masih
bernama Batavia di bawah Pemerintahan Kolonial Belanda, banjir besar pun
sudah terjadi. Pertanyaannya, apakah banjir memang tidak bisa ditanggulangi?


Banjir besar terparah yang melanda Ibu Kota terjadi pada 2007.Sedikitnya
57 orang tewas dan 422.300 orang terpaksa mengungsi.Banjir yang terjadi
sepekan itu menghanyutkan 1.500 rumah warga.Sedangkan total kerugian
pemerintah akibat banjir saat itu mencapai USD695 juta. Sedangkan pada
1918, banjir besar membuat hampir seluruh kota tergenang.Oleh Pemerintah
Kolonial Belanda, hal itu disikapi dengan membangun saluran air yang
disebut sebagai Banjir Kanal Barat pada 1922.

Ide dari ahli tata kelola air Herman van Breen ini yakni menampung air
Sungai Ciliwung,Sungai Cideng, Sungai Krukut,dan Sungai Grogol.Proyek
sepanjang 17,5 km ini berhasil melindungi kawasan Kota dari banjir,
tetapi tidak bagi daerahdaerah lainnya. Sejarawan JJ Rizal
menjelaskan,banjir juga merusak reputasi Batavia yang merupakan kota
elite, bersaing dengan Kota Bandar Banten.

"Namun kota elite tersebut runtuh pada awal abad 19,karena masalah akut
yang tidak ditangani dengan baik,"ujarnya. Selain banjir besar, dampak
susulan seperti krisis air,epidemi nyamuk malaria, sanitasi,dan iklim
yang buruk sekali juga menjadi momok bagi warga dan pemimpinya. Mohammad
Husni Thamrin merealisasikan kanal,di mana kaum pemilik modal di daerah
banjir dipaksa untuk membiayai proyek penanggulangan banjir Jakarta saat
itu.

Selanjutnya pada kepemimpinan Soekarno, Jakarta mengalami revitalisasi
total di mana Ibu Kota dibuat sebagai wajah Indonesia."Pada saat itu
desain ibu kota harus di-ACC (setujui) oleh Soekarno," ungkap Rizal.
Maka itu,Jakarta pun sudah seharusnya dipimpin oleh sosok tangan besi
namun jiwa yang merakyat.Pengamat tata kota dari Universitas
TrisaktiYayat Supriyatna menjelaskan,pemimpin Jakarta harus orang yang
percaya diri dan kuat. Dia melihat kompleksitas permasalahan di Jakarta
dari dulu hingga saat ini tidak terselesaikan.

"Jakarta itu kota yang sakit,kekurangan air baku,banjir,dan macet
menghantui siapa pun pemimpinnya,"ucapnya. Banjir di Jakarta pada 2007
pun merupakan yang terparah dibandingkan banjir pada 2002 atau
1996.Pelajaran berharga pun dipetik, sedikitnya enam program
pengendalian banjir diprioritaskan.Mulai pembangunan kanal banjir,
normalisasi,dan pemeliharaan sungai,hingga antisipasi air laut pasang
dengan peninggian tanggul.

Kepala Bidang Pengendalian Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI
Jakarta Tarjuki menjelaskan dalam catatan sejarah,pada 1621 saat nama
kota Jakarta masih Jayakarta, banjir sudah merendam penjuru
kota."Disusul lagi banjir besar pada 1654 dan 1873,"tuturnya. Pada saat
bernama Jakarta,bencana banjir besar tercatat terjadi pada 1979,
1966,1999,dan 2002.

Namun, puncaknya adalah bencana banjir 2007.Setelah itu dilakukan
penataan saluran dan kali,pembangunan rumah pompa,pemasangan saringan
sampah pada pintu air. Pemprov DKI Jakarta pun mengklaim sudah dapat
mengendalikan banjir.Proyek Banjir Kanal Timur mampu mereduksi 30%
banjir,khusus di wilayah timur dan utara Ibu Kota.Kelima sungai yang
dipotong BKT di antaranya Sungai Cipinang,Sunter, Buaran,Jati Kramat,dan
Cakung.

Kanal memiliki panjang 23,5 km,lebar bervariasi 100-300 meter,dan
kedalaman antara 4-7 meter. Selanjutnya program pemprov dibantu
pemerintah pusat adalah mengurangi banjir hingga 40%,bahkan pada 2016
ditargetkan menjadi 75%.Target ini dapat bertambah bila ada peningkatan
kapasitas daya tampung Banjir Kanal Barat dengan mengeruk endapannya.
Serta dukungan perubahan perilaku masyarakat menyikapi saluran air,baik
yang terkecil di depan rumah maupun sungai.

Pengerukan sungai juga sudah dilakukan sejak 2008,2009,2010 secara
bertahap dan berkesinambungan. Pada 2011,Dinas PU DKI Jakarta bahkan
mengaku sudah mempersiapkan segala daya upayanya.Badan
Meteorologi,Klimatologi,dan Geofisika (BMKG) juga sudah mengeluarkan
peringatan potensi berulangnya fenomena banjir lima tahunan di Jakarta
pada 2012.

Perbaikan saluran air mikro atau pengerjaan goronggorong di 84 titik
yang tersebar di sepanjang ruas jalan kelima wilayah DKI Jakarta.Dengan
demikian,pihaknya memperluas daerah tangkapan air di wilayah Ibu Kota.
Penanaman gorong-gorong yang lebih tinggi yakni 1,5-2 meter serta
melakukan peninggian tanggul rob di pesisir utara Jakarta.Tercatat
panjang pantai utara DKI Jakarta mencapai 32 km.

"Hanya 8 km yang merupakan kewenangan Pemprov DKI Jakarta,"ungkap Wakil
Kepala Dinas PU DKI Jakarta Novizal. Sedangkan 24 km lainnya merupakan
tanggung jawab swasta.Kewenangan tanggul yang harus dibuat pemprov saja
sudah 90% selesai dengan ketinggian 2,5 m.Sisanya akan diselesaikan pada
2012. Dengan apa yang sudah dikerjakan, Dinas PU siap menghadapi
fenomena banjir lima tahunan yang bakal terjadi tahun depan."Kami ingin
membuktikan sejauh mana,apa yang sudah dilakukan selama ini
berhasil,"pungkasnya.

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/452895/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar