Rabu, 14 Desember 2011

[Koran-Digital] TAJUK,Subsidi BBM Kuras Kocek Negara

TAJUK,Subsidi BBM Kuras Kocek Negara PDF Print
Thursday, 15 December 2011
Angka subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang terus menggelembung bukan
hanya menguras kocek negara, tetapi juga sudah mengganggu pengambilan
kebijakan di bank sentral.

Dalam setahun terakhir ini, pemerintah hanya berkutat dengan wacana
pembatasan BBM bersubsidi. Berbagai studi yang melibatkan sejumlah
kalangan mulai dari pelaku bisnis hingga akademisi semua merekomendasi
pemerintah harus bertindak untuk mengurangi subsidi BBM yang terus
memberati anggaran negara setiap tahun. Sayangnya, rekomendasi yang
beragam dengan satu tujuan segera batasi BBM bersubsidi hanya tersimpan
rapi di laci para pejabat yang berwenang.

Di satu sisi,para pengambil kebijakan di negeri ini sepakat BBM
bersubsidi segera diatur dengan baik sehingga tepat sasaran dan tidak
memberati anggaran negara. Namun di sisi lain mereka sepakat untuk tidak
mengambil keputusan tanpa penjelasan secara transparan. Boleh jadi para
pejabat berwenang kebingungan karena terlalu banyak rekomendasi.Tapi
yang pasti anggaran BBM bersubsidi bakal menembus Rp160 triliun hingga
akhir tahun ini.

Artinya, pemerintah bakalnomboksebesar Rp30 triliun lebih karena dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2011,jatah
subsidi BBM dipatok sebesar Rp129,7 triliun. Buntut dari kebijakan
pemerintah yang tidak jelas dalam menyikapi subsidi BBM mulai
memengaruhi pengambilan kebijakan di Bank Indonesia (BI).Secara
blak-blakan,Gubernur BI Darmin Nasution mengaku ragu menurunkan BI Rate
(suku bunga acuan) di bawah 6% karena kebijakan subsidi BBM masih kabur.

Apakah pemerintah akan membatasi konsumsi atau menaikkan harga BBM
bersubsidi? Padahal dengan berpatokan pada laju inflasi yang rendah
tahun ini,menurut Darmin, terbuka peluang menurunkan BI Rate. Karena
ragu dan tidak tahu peta pengambilan kebijakan subsidi BBM ke depan,
bank sentral mengambil jalur aman dengan tetap mempertahankan suku bunga
acuan pada level 6%.

Apa pentingnya suku bunga acuan terhadap kebijakan subsidi BBM?
Penjelasannya begini, penetapan BI Rate salah satunya berpatokan pada
laju inflasi.Seandainya pemerintah menetapkan kebijakan pembatasan
konsumsi BBM bersubsidi, hal itu akan mendongkrak angka inflasi sebesar
0,5% hingga 1%.Angka inflasi bakal tambah membengkak jika pemerintah
menaikkan harga BBM bersubsidi."Kebijakan subsidi BBM yang tak jelas
memengaruhi BI dalam menetapkan policy rate,"tegas Darmin.

Terlepas dari hubungan kebijakan subsidi BBM dan suku bunga acuan BI,
tak ada alasan lagi bagi pemerintah untuk tidak membatasi konsumsi BBM
bersubsidi segera.Tengok saja, konsumsi BBM bersubsidi sudah menembus
angka 39,12 juta kiloliter (KL) dari kuota yang ditetapkan sebesar 38,15
juta KL per 11 Desember lalu. Celakanya, pemerintah dalam hal ini
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik hanya bisa
menuding penjualan sepeda motor yang mencapai di atas 7 juta unit per
tahun sebagai salah satu sumber penggelembungan angka subsidi BBM,
khususnya premium.

Sebaiknya pemerintah tak usah menuding atau mencari kambing hitam
penyebab jebolnya kuota BBM bersubsidi. Lebih baik mulai dari sekarang
menyiapkan kebijakan yang strategis, jangan hanya berwacana dalam
mengantisipasi anggaran subsidi BBM yang terus menguras kocek
negara.Percayalah, sepanjang kebijakan tersebut masih berputar di
tingkat wacana, dijamin volume penggunaan BBM bersubsidi akan terus
melambung. Pemerintah jangan menyerah untuk terus disandera persoalan
subsidi BBM.Tahun ini boleh gagal membatasi konsumsi BBM
bersubsidi,tetapi tahun depan harus berani.

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/451813/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar