Selasa, 13 Desember 2011

[Koran-Digital] Suara Mahasiswa: Nusantara Jaya

Nusantara Jaya PDF Print
Wednesday, 14 December 2011
Dulu sekali bangsa kita pernah berjaya melalui Kerajaan Sriwijaya
sebagai kerajaan terbesar di Asia Tenggara. Bangsa kita pernah menjadi
jaya lewat pelaut-pelaut Nusantara yang berlayar hingga ke pelosok dunia.

Sejak abad kelima pelaut-pelaut kita berlayar hingga Afrika dan
meninggalkan jejak kebudayaan di sana,jauh sebelum pelautpelaut Eropa
dan China (Robert Dick- Read: 2008). Tapi itu dulu sekali, kini kejayaan
itu hanya sisa kata-kata di buku sejarah. Setidaknya sejak pedagang
Eropa— khususnya Belanda dan Portugis—mulai melakukan penetrasi ke
wilayah Nusantara banyak hal yang berubah, mulai dari struktur
masyarakat hingga struktur pemerintahan.

Dengan masuknya orang-orang Belanda—bahkan menjadi penguasa—di
Indonesia, otomatis mempengaruhi tatanan sosial masyarakat pribumi. Hal
ini berdampak pula pada pola hubungan antarindividu yang pada mulanya
dibangun atas dasar semangat gotong-royong. Modernisasi dan westernisasi
telah mengubah masyarakat Indonesia yang tangguh—yang pada awalnya
sangat pandai memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya—
menjadi masyarakat yang manja, konsumtif, sekaligus minim inovasi.

Produk-produk Barat—melalui Belanda,pada waktu itu— terus dipasok ke
dalam sehingga masyarakat kita kehilangan kemampuannya untuk menemukan,
mengolah, dan mencipta. Kebutuhan-kebutuhan yang secara instan
dimanjakan oleh produk westernisasi menjadikan kita sebagai bangsa yang
pragmatis, minim usaha. Semangat gotong-royong ditinggalkan, kita
menjadi masyarakat yang kapitalis dan individualis.

Sudah saatnya kita bangkit dan meraih kembali kejayaan masa lalu.
Pertama, dengan mengubah pola pikir kebarat-baratan ke arah pola pikir
ke-Indonesia-an sehingga kita tak selalu membandingkan diri dengan
masyarakat Barat (western oriented) yang ujung-ujungnya hanya
mengeliminasi nilai-nilai asli masyarakat Indonesia. Kedua, membangun
rasa percaya diri bahwa kita adalah bangsa yang khas, bukan bangsa
'Dunia Ketiga'—istilah yang didengung-dengungkan Barat—yang melulu kalah
dari bangsa Barat.

Ketiga, membangun kembali semangat gotong-royong sehingga tercipta iklim
sosial yang saling peduli dan saling menghargai yang tidak semata-mata
didasarkan atas kepentingan pribadi melainkan kepentingan masyarakat
bersama. Masih ada kesempatan untuk menjadi bangsa yang besar.
Tentunya,dengan semangat kejujuran dan kebaikan bersama,kita bisa
kembali mengulang sejarah: Nusantara Jaya! ●

MIFTAH FADHLI
Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Indonesia,
Aktivis Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Universitas Indonesia

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/451614/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar