Rabu, 14 Desember 2011

[Koran-Digital] Riset: Indeks Radikalisme Indonesia Turun

Riset: Indeks Radikalisme Indonesia Turun
Dibanding 2010, radikalisme di Indonesia menurun 1,44 persen. Namun
potensi tetap besar
Kamis, 15 Desember 2011, 07:27 WIB
Arfi Bambani Amri, Muhammad Hasits


VIVAnews - Lembaga Lazuardi Birru mencatat potensi ancaman radikalisme
dan terorisme di Indonesia masih terbuka pada tahun depan mengingat
masih banyaknya kekerasan yang terjadi pada tahun ini. Namun, secara
umum, indeks radikalisme menurun.

Menurut Ketua Lazuardi Birru Dhyah Madya Ruth SN meski indeks
radikalisme di Indonesia tahun ini cenderung mengalami penurunan, namun
bibit radikalisme di Indonesia masih cukup tinggi potensinya, terlebih
apabila tidak ada penanganan yang serius sesuai karakteristik dan akar
permasalahan yang ada di masing-masing daerah.

Indeks kerentanan radikalisme di Indonesia pada tahun 2011 adalah 43,6,
menurun 1,44 dibanding pada tahun sebelumnya yang memiliki indeks 45,4.
Meskipun demikian, statusnya masih rentan dan masih jauh di bawah
tingkat aman yaitu pada level 33,3.

Indeks radikalisme ini diperoleh dari hasil penelitian Lazuardi Birru
pada tahun 2011, terhadap kerentanan radikalisme di 33 provinsi dengan
jumlah responden sebanyak 4840.

"Ancaman radikalisme dan terorisme tidak hanya dalam bentuk aksi-aksi
teror dan peledakan bom," kata Dhyah. "Hal yang juga harus mendapat
perhatian serius adalah self radicalism, penyebaran ideologi radikalisme
dan terorisme melalui media cetak dan jaringan internet, terutama di
kalangan generasi muda. Radikalisme harus diselesaikan dengan
mempergunakan kearifan lokal yang ada," katanya dalam refleksi akhir
tahun di Jakarta, 14 Desember 2011.

Berdasarkan penelitian Lazuardi Birru terdapat fakta bahwa radikalisme
di masing-masing daerah memiliki karakteristik, akar permasalahan, dan
pemicu yang berbeda-beda. Karena itu, apabila radikalisme dibiarkan
terus menerus tanpa penyelesaian sesuai karakteristiknya, maka tentunya
mengancam keutuhan bangsa dan negara. Terlebih terdapat tren
konservatisme yang menguat, hal ini tentunya berpotensi menjadi tempat
persemaian ideologi radikal ekstrem.

Menurut Dhyah, Generasi muda merupakan salah satu komponen yang harus
diperkuat dan memiliki daya tahan yang tinggi atas berbagai upaya
infiltrasi ideologi radikal.

"Lazuardi Birru yang dalam sejak tahun 2009 hingga kini konsisten
melakukan pelatihan-pelatihan terkait pencegahan radikalisme dan
penguatan semangat nasionalisme di kalangan generasi muda akan terus
fokus melakukan hal tersebut di tahun-tahun mendatang.
Komunitas-komunitas keagamaan juga harus bersinergi dan waspada atas
aktivitas organisasi radikal yang memanfaatkan masyarakat, terutama
lembaga-lembaga keagamaan dan/atau tempat peribadatan sebagai wadah
untuk berkonsolidasi dan membangun strategi gerakan radikal. Untuk itu
semua pihak harus tetap waspada akan munculnya bahaya radikalisme dan
terorisme di tahun mendatang," katanya dalam siaran pers yang diterima
VIVAnews, Kamis 15 Desember 2011.

Dhyah mengimbau pemimpin di semua level dari pusat hingga daerah ikut
serta dalam menyelesaikan berbagai persoalan radikalisme hingga ke akar
persoalan yaitu pemahaman yang salah akan suatu ajaran tertentu. Begitu
juga kepada masyarakat luas, diminta untuk membentengi diri dari
berbagai paham radikal dan juga potensi aksi-aksi teror dari mereka yang
beraliran radikal.

Dhyah mengatakan, Indonesia menjadi negara yang tidak aman jika pemimpin
dan masyarakatnya tidak menghargai fakta Indonesia sebagai negara yang
lahir dengan pluralitas. Hal ini merupakan fakta sosial, sekaligus
kekayaan bangsa. (adi)


• VIVAnews

http://us.nasional.vivanews.com/news/read/272298-riset--indeks-radikalisme-indonesia-turun

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar