Jumat, 16 Desember 2011

[Koran-Digital] Rahmad Darmawan: "Jangan 'Bunuh' Pemain Indonesia"

Rahmad Darmawan:
"Jangan 'Bunuh' Pemain Indonesia"
"Intinya, selamatkan pemain dulu, jangan justru bunuh pemain."
Sabtu, 17 Desember 2011, 00:57 WIB
Jonathan Pandapotan


VIVAnews - Diskriminasi. Itulah cerminan keputusan PSSI yang melarang
pemain Indonesia Super League (ISL) membela tim nasional Indonesia.
Keputusan tersebut secara tak langsung telah 'membunuh' hak pemain.
Pelatih sekelas Rahmad Darmawan sangat menyayangkan keputusan tersebut.

RD --sapaan akrab Rahmad-- sangat tidak menyukai adanya tebang-pilih
pemain di timnas. RD bahkan mengaku hal itu menjadi salah satu alasan
dirinya mundur dari pelatih kepala Timnas U-23. Menurut RD, pemain tak
memiliki dosa sedikit pun. Jadi, kenapa mereka harus ikut dihukum
pengurus PSSI.

Kepada redaksi VIVAnews.com, Rabu 14 Desember 2011, RD blak-blakan
membeberkan apa yang sebenarnya terjadi. Ia mengungkapkan secara detail
alasannya mundur. Pria asal Metro, Lampung, itu juga bercerita tentang
perjalanan karirnya mengarungi sepakbola Indonesia.

Berikut petikan wawancara VIVAnews.com dengan RD.

Kenapa Anda mundur dari Timnas U-23?

Ketika saya dapat tugas untuk melatih Timnas SEA Games, bayangan saya
itu adalah yang pertama, ini suatu kesempatan besar. Kesempatan emas
untuk kita membuktikan bahwa kemampuan sepakbola kita ini bisa hebat.
Karena, SEA Games ini dilangsungkan di Indonesia. Kemudian saya sangat
yakin sekali dalam beberapa kali kesempatan saya diundang oleh Satlak
Prima, saya mempresentasikan program dengan sebaik mungkin. Saya
benar-benar ingin terpilih.

Ketika itu, ada juga persaingan dengan coach Aji (Santoso). Lalu,
tiba-tiba coach (Alfred) Riedl juga mengklaim masih punya hak melatih.
Tapi, karena keributan itu (kisruh jelang Kongres Solo), semuanya sempat
berhenti. Walaupun SK dari Satlak Prima sudah keluar, tapi tidak ada
aktivitas ketika itu. Tiba-tiba coach Riedl datang dan 3 hari sebelum
kongres bicara dengan saya di FX Plaza. Dia minta saya sebagai asistennya.

Dia minta saya hargai kontrak dia. Saya bilang 'Saya siap'. Tapi, saya
bilang kepada dia bahwa dia juga perlu tahu bahwa saya dapat tugas dari
Satlak Prima dan saya saat ini masih tentara. Sebagai tentara, saya
tidak pernah bisa menolak tugas. Jadi, saya minta dia juga mengerti hal itu.

Akhirnya, coach Riedl tanya 'Apa kamu mau jadi asisten saya'. Saya
bilang 'Coach, saya cuma butuh Anda kasih saya kepercayaan untuk bangun
timnas SEA Games ini dengan kerja 100 persen ke saya. Coach mau taruh
saya pelatih atau pembantu umum, yang penting saya punya tanggung jawab
100 persen. Tapi, jangan saya jadi asisten dan hanya menjalankan
perintah coach. Kalau seperti itu, coach lebih baik tunjuk Widodo yang
sudah lama dan juga Pikal'. Sesudah itu deal, tahu-tahu kongres bubar
dan terjadi situasi seperti ini.

Artinya, saya senang dengan tugas di timnas SEA Games dan dampaknya ada
rasa tanggung jawab besar yang saya punyai. Ketika saya dan masyarakat
berharap medali emas dan kemudian itu gagal, sebetulnya 1 atau 2 hari
saya mau membuat keputusan (mundur) waktu itu. Saya gagal, itu intinya.

Kenapa jadi berlarut-larut sekian Minggu (mengundurkan diri), saya dulu
sempat membayangkan masyarakat akan menghujat saya dengan kegagalan ini.
Makanya ketika gagal, dalam 2 atau 3 hari saya mau mengundurkan diri.
Ternyata tidak. Itu (hujatan) tidak saya dapatkan. Yang saya dapatkan
justru ucapan selamat. Makanya saya kaget. Saya itu gagal, tapi selamat.

Kemudian sempat ada tawaran melalui telepon dan bilang 'Coach, bagaimana
kalau naik posisi ke timnas senior'. Jawaban saya sederhana, saya masih
harus tanya sama diri saya sendiri. Di U-23 saja saya tak merasa
berhasil, apakah saya pantas ke senior. Intinya, saya tidak mau waktu itu.

Kemudian saya dapat tugas menangani tim melawan LA Galaxy. Sekitar 4
atau 5 hari menjelang lawan Galaxy saya mau mundur. Karena, saya diminta
tidak boleh memanggil pemain-pemain dari liga yang satu (ISL). Saya
bilang kalau seperti ini saya menyerah saja.

Akhirnya, 2 hari menjelang pemusatan latihan saya di SMS sama pak Djohar
Arifin Husin (Ketua Umum PSSI). Dia bilang, 'Coach, Anda boleh pilih
pemain siapa saja dan dari mana saja,' Wah, saya senang sekali. Luar
biasa. Itu juga kalimat yang beliau ucapkan saat saya megang timnas SEA
Games pertama kali.

Dia bilang: 'Setiap warga negara Indonesia punya hak yang sama untuk
membela tim nasionalnya. Tidak masalah dari kompetisi mana pun.' Makanya
perkataan itu saya pegang. Makanya saya ambil pemain dari LPI. Kan dulu
LPI yang ilegal. Makanya saya panggil Irfan Bachdim, Kim Jeffrey, Andik
Vermansyah, dan beberapa pemain lagi.

Tapi, setelah beberapa waktu, tahu-tahu keluar statement yang melarang
pemain ISL. Artinya, ada satu komitmen di press confrence usai kita
melawan Malaysia, saya sempat bilang 'Seorang pelatih harus diberi
kewenangan yang mutlak menjalankan tugasnya dengan memilih siapa yang
menurut dia terbaik, tanpa melihat sekali lagi pemain berasal dari mana.
Kalau itu tidak terjadi, dia tidak akan bisa melakukan tugasnya dengan
maksimal. Kalau itu terjadi (tebang-pilih pemain), maka saya pasti akan
menolak jabatan sebagai pelatih nasional. Saya pasti akan mundur'.

Saya sama anak-anak dekat. Saya tidak ada apa-apanya tanpa mereka. Ini
sebagian besar anak-anak ada di ISL. Meski hanya ada beberapa pemain di
ISL, itu sebenarnya tidak penting. Yang penting adalah menyelamatkan
pemain. Mereka ini tidak tahu apa-apa. Mereka datang ke klub,
menandatangani kontrak, tidak tahu klubnya akan main di mana. Kalau
tiba-tiba sekarang pemain yang harus menanggung akibat dari kepentingan
yang saya tidak tahu, maka saya harus mengundurkan diri. Karena sekali
lagi, saya tidak ada apa-apanya tanpa mereka.

Sesudah Piala AFF 2010 lalu, Riedl juga mengalami situasi yang sama
dengan Anda. Ketika itu Riedl tidak mau mengambil pemain dari breakaway
league. Sekarang, situasi yang sama terjadi dengan Anda. Apakah Anda
mengambil keputusan memasukkan pemain ISL karena banyak pemain dari
situ, atau karena semua pemain mempunyai hak membela timnas?

Ketika Riedl mengambil keputusan pemain breakaway league tidak boleh
main, ketika itu kompetisi sudah jalan sangat panjang. Kita tahu ini
(kompetisi) resmi dan ini tidak resmi. Sekarang, pemain tidak tahu.
Kompetisi belum jalan, tiba-tiba terpisah. Bahasa saya cuma satu, kalau
situasi ini terjadi selamatkan pemain. Caranya bagaimana? Ini bukan
tugas saya, ini tugasnya pengurus PSSI.

Bisa juga, misalkan, kasih dong masa transisi. Disahkan dulu pemain dan
klub-klub ini. Baru tahun depan kasih tahu 'Hati-hati, kita akan buat
peraturan seperti ini.' Intinya, selamatkan pemain dulu, jangun justru
bunuh pemain. Sekarang ini kan bahasanya bunuh pemain. 'Jangan pilih
pemain yang di klub tertentu,' itu kan bahasa bunuh pemain.

Bagaimana pandangan Anda tentang Ketua Umum PSSI?

Saya kenal beliau. Beliau itu Ustad. Kita shalat sering berjamaah.
Orangnya baik, sopan, dan saya sangat respek dengan beliau. Tapi,
hal-hal lain yang berkaitan dengan kebijakan organisasi, saya tidak
tahu. Kalau ada hal yang tidak sependapat dengan hati kita semua, pasti
kan kita akan komentar. Tapi secara personality, Pak Djohar baik.

Bagaimana solusi mengatasi karut-marut masalah di PSSI?

Saya pikir, jalan tengahnya ada 2. Bisa rekonsiliasi atau KLB. Tapi,
apakah KLB juga bisa menyelesaikan masalah, saya tidak tahu. Yang
penting membangun olahraga itu dengan semangat persahabatan. Ngapain sih
cari musuh.

Saya kemarin habis bercanda dengan pengurus PSSI yang lain. Tiba-tiba
saya buat keputusan seperti ini (mundur) dan mereka sangat luar biasa
mengangap saya sebagai musuh besar. Itu kan enggak boleh. Nilai
persahabatan itu harus diutamakan. Kita sportif, kita kerja bareng,
kalau tiba-tiba berpisah, ya harus tetap tersenyum. Jadi, hal-hal
seperti itu tidak benar.

Anda dituding tidak nasionalis. Apa tanggapan Anda?

Rasa nasionalis tidak harus diekspresikan sebagai orang yang
mempertahankan diri, atau bahkan aji mumpung. Semua orang yang
ditawarkan menjadi pelatih timnas, mungkin tidak ada yang menolak.
Banyak keuntungan yang didapat dari situasi itu.

Tapi, bukan itu tujuan seorang pelatih. Ada nilai-nilai yang lebih dari
itu. Karena itu, tidak bisa dibilang nasionalis atau tidak nasionalis.
Ketika saya mengundurkan diri dan dibilang tidak nasionalis, menurut
saya itu terlalu kerdil. Ketika saya mengundurkan diri, menurut saya ini
lho sikap yang harus ditunjukkan seorang pelatih. Tolong dihargai dan
penting buat saya diberi kebebasan. Yang pasti, saya akan berusaha
mengikuti apa yang menurut hati saya benar.

Soal saya dibilang melawan arus, ya itu mungkin dalam beberapa
kesempatan. Seperti saya mendepak Irfan Bachdim (dari skuad Timnas
U-23), itu kan banyak orang bilang keputusan yang tidak populer. Tapi,
saya tidak butuh hal seperti itu. Sekarang saya juga dibilang cari
popularitas, saya jadi bingung.

Apa sisi positif dari sepakbola Indonesia?

Yang positif dari sepakbola kita adalah animo penonton. Ini modal yang
kuat. Tapi, bisa juga sepakbola kita menjadi hancur. Karena kenapa?
ekspektasi demikian besar, tapi tidak diimbangi dengan prestasi. Ini
bisa menjadi bom waktu dan berbalik arah.

Indonesia mempunyai 240 juta penduduk, tapi kesulitan membuat timnas
yang bagus. Bagaimana penilaian Anda sebagai pelatih?

Ada 2 jawaban. Satu jawaban gampang dan satu lagi jawaban ilmiah.
Jawaban gampangnya, jangan lihat Indonesia saja. Lihat juga China dan
India yang penduduknya 1 miliar, tapi sampai hari ini belum ke Piala
Dunia. Tapi kalau ilmiah, ada 4 hal yang paling penting.

Pertama, youth development. Ini masih kurang. Lalu, pelatih di Indonesia
juga kurang karena pelatih dengan lisensi A-Pro saja Indonesia belum
punya. Malaysia, Singapura, Thailand, sudah punya.

Kemudian ada juga masalah infrastruktur. Ini juga masih kurang. Yang
terakhir itu kompetisi. Kompetisi yang berkualitas. Kompetisi ini harus
dimulai dari anak-anak. Kompetisi sangat bagus untuk pemain dan pelatih.
Pemain takkan bisa matang tanpa kompetisi. Saat mengikuti kompetisi,
pelatih setelah bertanding, dia menganalisa, mengevaluasi dan menyiapkan
strategi baru. Dia diajak untuk terus berpikir dan belajar.

Mungkin Anda bisa sedikit cerita masa lalu Anda terjun ke militer dan
menjadi pelatih sepakbola?

Dulu saya main bola saat kuliah. Dulu pemain bola itu gampang mencari
pekerjaan. Dulu saya pertama kuliah dibiayai sama BTN. Saya dapat
beasiswa karena prestasi main bola. Saya kemudian pindah ke BNI dan saya
cedera. Kalau enggak kena cedera, mungkin kuliah saya enggak selesai,
hahaha...

Saya kemudian masuk BNI dan kemudian ada tawaran dari E.E. Mangindaan
masuk ABRI. Saya kemudian masuk ABRI karena dari dulu saya juga ingin
masuk ABRI. Tapi, yang saya kejar bukan jadi ABRI-nya, tapi main bolanya
dan masuk PS ABRI. Tapi, setelah 3 bulan saya sedikit menyesal. Di BNI
gaji saya dulu itu Rp625 ribu, tapi setelah masuk tentara gaji saya
Rp175 ribu.

Saya juga sedikit kecewa lagi karena PS ABRI tidak masuk Galatama. Ini
terjadi tahun 1990. Kemudian pada 1992, saya pertama kali ikut kejuaraan
PS ABRI di Malaysia. Di situ, mereka (Malaysia) tertarik sama saya.
Malaysia itu punya tim seperti PS ABRI dan profesional. Saya ditawari
dan saya ragu-ragu. Tapi, saya diizinkan komandan saya dan saya menjadi
pemain asing di Malaysia. Kemudian setelah itu saya kembali lagi dan
main untuk Persija. Setelah 2 tahun pulang dari Malaysia, saya ditawari
Bank Indonesia yang sedang mencari pemain bola.

Ada 26 pemain daftar dan saya ikut. Dari 26 yang daftar, ada 3 yang
terpilih. Saya salah satunya. Tapi, saya ragu. Saya pulang ke Lampung
dulu dan izin sama orang tua. Saya bilang bahwa saya mau pindah ke bank
lagi. Tapi, Bapak saya marah. Dia bilang di keluarga saya tidak ada yang
ABRI, jadi saya jangan keluar. Soal rezeki dia bilang itu ada jalannya
sendiri.

Sampai sekarang, saya masih aktif di TNI. Alhamdulillah pangkat
tertinggi di sepakbola, saya sandang di militer. Saya kapten. Saya
bangga karena kesatuan saya mendukung saya (jadi pelatih sepakbola) dan
itu sudah lebih dari cukup.

Apa bedanya jadi tentara dan jadi pelatih sepakbola?

Kalau di tentara, semua petunjuk operasional itu jelas dan itu harus
dilakukan seperti itu. Tidak boleh improvisasi. Kalau kita improviasi
disuruh tembak kaki, kita tembakkan ke dada, orang bisa mati.

Kalau di sepakbola, kita harus pakai bahasa sepakbola. Makanya yang
paling saya hindari ketika melatih sepakbola adalah datang dengan
seragam militer. Ini sangat saya hindari. Yang saya takutkan nanti
pemain mengira ini bukan perintah pelatih, tapi perintah militer.

Sebagai pelatih, lisensi apa saja yang sudah Anda dapat?

Untuk license dari AFC punya. Kalau internasional license saya punya.
Saya mengambilnya di Vietnam. Ada beberapa lagi.

Klub mana saja yang sudah memberi Anda penawaran?

Jujur ada 3 klub yang menawari saya. Kemarin ada satu klub dari luar
negeri, apalagi setelah mereka kalah di kandang melawan Barcelona,
Presidennya hubungi saya. Tapi, saya enggak enak. Jose Mourinho itu
salah satu favorit saya, hahaha...(RD bergurau)

Tapi jujur, Pelita Jaya nawarin saya. Yang 2 lagi saya tidak bisa sebut
karena masih ada pelatihnya. Secera etika saya tidak mau sebut. Saya
masih ragu, karena saya masih mau sekolah lagi. Saya berniat mengambil
lisensi A-Pro

Saya lagi cari informasi. Tapi, ada beberapa alangan mengambil lisensi
A-Pro. Satu, saya sudah mengundurkan diri dari PSSI dan pasti akses ke
sananya jadi sulit. Yang kedua, umur saya. Di A-Pro ada batasan 45 tahun
dan umur saya sekarang sudah 45 tahun. Tapi, kalau ada rekomendasi dari
PSSI biasanya bisa.

Apakah Anda pernah stres menjadi pelatih sepak bola?

Alhamdulillah saat di Persikota Tangerang, saya sampai didampingi
psikolog karena stres yang luar biasa, hahaha... Hampir 1 bulan saat itu
saya didampingi psikolog. Saya jatuh dua kali. Di Lampung sekali dan di
Tangerang sekali.

Pokoknya, saya sudah melalui semua fase itu. Dihujat penonton dan dihina
penonton.
• VIVAnews

http://us.fokus.vivanews.com/news/read/272833-rd--jangan--bunuh--pemain-indonesia

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar