Jumat, 16 Desember 2011

[Koran-Digital] Gerakan Mahasiswa Kehilangan Gereget

Mahasiswa sekarang hanya jadi alat politik yang bisa dibayar untuk demonstrasi."

Ton Abdillah Has Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

GERAKAN reformasi 1998 ibarat aksi koboi turun gunung. Sang koboi menembaki penjahat, menghabisi mereka, lalu kembali ke hutan. Sang koboi adalah mahasiswa, rezim Orde Baru jadi sasaran mereka, dan hutan adalah kampusnya.
Pascareformasi, gaung gerakan perubahan pun lenyap.

Anekdot itu, kata Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ton Abdillah Has tepat untuk menggambarkan situasi gerakan mahasiswa di era politik kontemporer saat ini.

“Dulu mahasiswa sulit untuk mengekspresikan diri, tapi sekarang ketika keran kebebasan dibuka, gerakan mahasiswa justru kehilangan geregetnya. Pandangan negatif yang muncul, mahasiswa sekarang hanya jadi alat politik yang bisa dibayar untuk demonstrasi,“ jelas Ton dalam diskusi bertema Kebebasan mahasiswa berpartai, di Populis Institut, Tebet, Jakarta, kemarin.

Ikut hadir dalam diskusi itu, Ketua Perhimpunan Ma hasiswa Katolik Republik Indonesia Parlindungan Simarmata, Ketua Liga Mahasiswa Nasional Demokrat (Nasdem) Dedi Haryanto, dan Mantan Ketua Dema Universitas Gadjah Mada Gusti Kurniawan.

“Kondisi kejenuhan berpolitik marak di mana-mana. Hampir semua parpol miskin gagasan.
Mahasiswa malah enggan berpolitik dan sikap ini terkadang merugikan kita sendiri. Padahal, situasi hari ini mengharuskan kita untuk berpolitik dan berpartai politik. Parpollah yang mengubah hitam putihnya bangsa ini,“ kata Ton.

Dedi Haryanto mendorong mahasiswa untuk aktif berpolitik. Alasannya sederhana, kelompok aktivis 1998 yang saat ini berkuasa dan menjadi anggota dewan ternyata gagap politik. Mereka yang 70% mantan aktivis layaknya badut-badut yang hanya pandai beraksi konyol.

“Tokoh-tokoh yang ada di DPR itu sudah terkungkung dalam spiral pembungkaman.
Anggota dewan yang koruptor lebih banyak daripada mereka yang bersih. Kebijakan yang dibikin wakil rakyat di Senayan justru tidak prorakyat.“

Untuk itu, tambah Dedi, perlu dibangun organisasi baru.
Ruang organisasi harus disediakan parpol bagi mahasiswa untuk berpolitik. (*/P-3)

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2011/12/17/ArticleHtmls/Gerakan-Mahasiswa-Kehilangan-Gereget-17122011004022.shtml?Mode=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar