Senin, 12 Desember 2011

[Koran-Digital] Firmanzah : Rethinking Indonesia's Development Path (2)

Rethinking Indonesia's Development Path (2)


Sabtu, 10 Desember 2011 16:11 WIB

Krisis ekonomi yang mendera Amerika dan Uni Eropa menghembuskan
kekhawatiran yang mendalam akan potensi resesi global. Berbagai upaya
dilakukan untuk menyelamatkan dunia dari resesi global akibat contagion
effect krisis Amerika dan Eropa. Mulai dari pengurangan pengeluaran
negara bagi negara-negara yang terbelit utang hingga pada efisiensi dan
pemangkasan tenaga kerja yang berdampak pada tingginya angka
pengangguran pada kedua benua tersebut.

Krisis finansial dunia yang terjadi akibat ketidakseimbangan ekonomi
global dan memicu efek domino kontraksi ekonomi yang merata masih
menyisakan ketidaknormalan pada sistem perbankan, terutama berkaitan
dengan fungsi sebagai pemberi pinjaman, sehingga sektor riil
terpengaruh. Sektor perdagangan yang menjadi mesin perekonomian global
dengan pertumbuhan melebihi pertumbuhan output telah mengalami penurunan
permintaan global. Negara-negara yang postur ekonominya didominasi oleh
kekuatan ekspor terpukul karena pasar di negara-negara tujuan ekspor
mengalami kontraksi, penurunan tingkat output, defisit neraca
perdagangan dan transaksi berjalan, dan naiknya angka pengangguran. Hal
ini berimbas pada lemahnya permintaan.

Selain penurunan permintaan ini, negara-negara tujuan ekspor juga
memiliki tendensi proteksionis melalui penutupan akses pasar atau
pendistorsian kompetisi. Tendensi ini semakin mempersulit akses ke
pasar-pasar tujuan ekspor. Untuk itu, strategi diversifikasi menjadi
salah satu upaya agar dapat memitigasi risiko dampak krisis global.
Kondisi ini tentunya sedikit menguntungkan bagi Indonesia dengan nilai
dan volume ekspor yang relatif kecil ke kedua wilayah tersebut (Amerika
dan Eropa).

Tujuan ekspor produk/jasa Indonesia sejak tahun 2008 telah banyak
bergeser ke kawasan Asia Pasifik dengan China sebagai negara tujuan
ekspor terbesar diikuti kawasan ASEAN dan Jepang. Periode
Januari-Oktober 2011, ekspor ke China mencapai 12,72 persen dari total
ekspor, ke kawasan ASEAN mencapai 20,22 persen, tujuan Jepang mencapai
11,26 persen, tujuan Amerika sebesar 9,81 persen, tujuan Jerman 2,06
persen, ke kawasan Uni Eropa lainnya mencapai 8,77 persen.

Dari stuktur penyebaran negara tujuan ekspor terlihat adanya pergesaran
dari tahun ke tahun upaya untuk lebih mengembangkan pasar-pasar
potensial dan tidak bergantung pada pasar tradisional (Amerika, Eropa
dan Jepang). Perkembangan ekspor ke China dan ASEAN menunjukkan
pertumbuhan di atas 30 persen dari tahun ke tahun. Namun, tantangan
terbesar yang dihadapi, yakni bagaimana meningkatkan ekspor dengan nilai
tambah yang lebih baik mengingat ekspor Indonesia dikuasai oleh
komoditas dengan nilai tambah yang relatif kecil seperti bahan bakar
mineral, lemak dan minyak nabati, karet, bijih logam, dan tembaga.

Upaya hilirisasi perlu dikembangkan pada beberapa komoditas strategis,
khususnya di bidang pertanian, perkebunan dan perikanan. Upaya
hilirisasi ini tentunya secara langsung dapat memperbaiki sebagian
industri, penyerapan tenaga kerja dan perbaikan taraf hidup masyarakat
yang sebagian besar berada pada sektor tersebut (hampir 40 persen dari
total tenaga kerja). Bedasarkan sektor, ekspor hasil industri periode
Januari-September 2011 memang mengalami kenaikan sebesar 33,40 persen
dibanding ekspor hasil industri periode yang sama tahun 2010, serta
ekspor hasil tambang dan lainnya naik sebesar 30,29 persen. Namun ekspor
hasil pertanian hanya naik 5,56 persen.

Pengembangan sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan perlu mendapat
perhatian serius mengingat sektor ini selain menyerap tenaga kerja
terbesar juga merupakan sektor yang sebagian besar terdapat di
perdesaaan dan wilayah-wilayah tertinggal. Sehingga dengan mengembangkan
sektor ini secara tidak langsung juga memperbaiki sebaran dan distribusi
pemerataan pembangunan.

Dari sisi investasi yang masuk ke Indonesia juga masih menunjukkan
ketimpangan yang sangat tinggi. Data BKPM menunjukkan pada kuartal
ketiga tahun 2011, sebaran investasi (PMA dan PMDN) masih terkonsentrasi
pada wilayah Jawa yang mencapai 55 persen diikuti oleh Kalimantan 13
persen dan Sumatera 12 persen. Hal ini tentunya akan menyulitkan bagi
upaya pemerataan pembangunan nasional, sehingga konsentrasi ekonomi akan
tetap berpusat di Jawa.

Ketimpangan sebaran investasi ini tentunya diakibatkan oleh beberapa
kondisi, yakni infrastruktur, suprastruktur dan sumber daya manusia di
daerah. Investasi diluar Jawa hanya akan bergerak jika persoalan
infrastruktur, suprastruktur seperti birokrasi dan sumber daya manusia
dapat dibenahi, sehingga lebih berkualitas. Hubungan antar pulau,
interkoneksi antar wilayah yang menghubungkan sentra-sentra produksi
perlu segera dibenahi untuk mereduksi disparitas wilayah di Indonesia
dengan 17 ribu pulau yang sebagian wilayahnya merupakan perdesaan (78
ribu desa atau ekuivalen 83 persen wilayah NKRI ).

Dari 78 ribu desa yang tersebar di Indonesia, 45 persen di antaranya
merupakan desa miskin. Dengan 398 kabupaten dimana 183 di antaranya
merupakan kabupaten tertinggal, merupakan fenomena yang tentunya tidak
linear dengan predikat emerging market dengan potensi pertumbuhan yang
tinggi. Ketertinggalan dan kemiskinan sebagian besar wilayah di
Indonesia merupakan refleksi dari ketidakseimbangan distribusi
kesejahteraan sebagai dampak tidak meratanya pembangunan ekonomi nasional.

Angka kemiskinan per Maret 2011 dilaporkan BPS mencapai 30,02 juta jiwa
dimana 65 persen di antaranya terdapat di pedesaaan. Struktur
ketenagakerjaan Indonesia didominasi oleh sektor pertanian sebesar 38
persen yang juga sebagian besar berada di perdesaan. Sementara sektor
pertanian di tahun 2010 hanya bertumbuh 2,9 persen (dibawah pertumbuhan
nasional), sehingga dipandang tidak cukup ampuh dalam mengangkat tingkat
kesejahteraan tenaga kerja di sektor ini.

Dari perspektif jenis pekerjaan, hampir 70 persen tenaga kerja Indonesia
pada tahun 2010 bekerja pada sektor informal yang sangat rentan dengan
kemiskinan sebagai akibat dari ketidak-terjaminan ekonomi dan sosial di
sektor ini. Dengan hilirisasi atau pengembangan industri pengolahan
untuk komoditas-komoditas strategis di sektor pertanian, perikanan dan
perkebunan diharapkan dapat menggeser tenaga kerja informal ini ke
sektor formal dengan jaminan ekonomi dan sosial yang lebih layak.

Gambaran di atas secara sadar menggiring perlunya meninjau kembali
paradigma pembangunan yang diyakini selama ini. Paradigma pembangunan
perlu diarahkan pada perbaikan taraf hidup masyarakat dan pemerataan
kesejahteraan antara wilayah dalam NKRI. Paradigma pembangunan perlu
dititik-beratkan pada perbaikan kualitas dan sebaran pembangunan tidak
hanya pembangunan fisik tetapi juga pembangunan manusia.

Indikator pembangunan nasional diharapkan dapat lebih konkrit memotret
perkembangan ekonomi di seluruh wilayah NKRI. Pembangunan nasional yang
dilakukan selama ini seyogyanya tidak hanya memperhatikan
indikator-indikator tradisional yang berpotensi bias dan menegasikan
semangat pemerataan pembangunan itu sendiri. Pembangunan nasional perlu
memperbaharui paradigma dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan dan UUD
1945 menuju masayrakat yang sejahtera.

Untuk itu, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 13 Desember 2011
akan menggagas dan mengusulkan paradigma baru pembangunan Indonesia
dengan menitik beratkan pada upaya peningkatan dan pemerataan
kesejahteraan masyarakat menuju kedaulatan ekonomi nasional yang kokoh
dan berdaya saing tinggi. Instrumen kebijakan publik perlu diarahkan
pada upaya mendorong ekonomi sektor riil, seperti suku bunga yang
rendah, kemudahan mengakses jasa perbankan, pelayanan perizinan, kredit
lebih diarahkan pada kredit modal kerja khususnya di sektor pertanian,
perikanan dan perkebunan.

Semua upaya ini perlu berjalan paralel, sehingga ekonomi nasional dapat
bergerak dan tumbuh secara organik (bukan nisbi yang berpotensi bubble),
integrasi ekonomi domestik dapat lebih optimal menuju kesiapan Indonesia
menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

Prof. Firmanzah, PhD, Guru Besar dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
University Indonesia

http://www.metrotvnews.com/read/analisdetail/2011/12/10/229/Rethinking-Indonesia-s-Development-Path-2-

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar