Senin, 19 Desember 2011

[Koran-Digital] EDITORIAL Predikat Layak Investasi

Masuknya kembali Indonesia dalam daftar negara-negara layak investasi
patut disyukuri. Predikat ini mendatangkan sejumlah peluang untuk
mendorong roda ekonomi nasional berputar kian kencang. Dengan catatan,
sederet persoalan segera dibenahi, termasuk pembangunan infrastruktur
dan pemberantasan korupsi.

Sudah 14 tahun negeri ini kehilangan predikat layak investasi. Badai
krisis ekonomi 1997/1998, yang diikuti krisis politik seiring runtuhnya
rezim otoriter Soeharto, menggoyahkan bangunan ekonomi domestik. Label
Indonesia sebagai salah satu "Macan Asia" pudar. Para pemodal global pun
tak lagi memasukkan negeri ini dalam radar investasi mereka.

Kini, negeri dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini kembali
dilirik para pemodal. Pengakuan itu setidaknya datang dari Fitch
Ratings. Lembaga pemeringkat internasional ini pekan lalu menaikkan
nilai surat utang luar negeri Indonesia dari semula BB plus menjadi BBB
minus. Inilah batas minimum untuk bisa masuk ke daftar negara-negara
layak investasi.

Melihat daya tahan Indonesia yang tak oleng diterpa dua krisis finansial
global (2008 dan 2011), kenaikan tingkat ini memang layak diberikan. Di
kala krisis, perekonomian nasional terbukti masih bisa tumbuh di atas 4
persen—satu di antara hanya empat negara di dunia. Itu sebabnya, lembaga
pemeringkat asal Jepang, Japan Credit Rating Agency, bahkan tak ragu
menyematkan predikat itu sejak tahun lalu. Langkah serupa tampaknya
bakal segera dilakukan oleh Standard and Poor's dan Moody's.

Banyak keuntungan akan diperoleh dari status baru ini. Arus modal asing
bakal mengalir deras ke dalam negeri, baik melalui pasar modal maupun
berupa penanaman investasi langsung. Akses pemerintah dan swasta ke
sumber-sumber keuangan global kian terbuka lebar. Biaya imbal hasil
surat utang pemerintah dan swasta akan menjadi lebih murah. Meningkatnya
kepercayaan pemodal pun akan membuat kurs rupiah kian berotot.

Lihatlah pengalaman India. Selama lima tahun terakhir sejak meraih
peringkat investment grade pada 2007, arus modal asing ke negeri itu
melonjak lima kali lipat menjadi US$ 30 miliar per tahun. Aliran modal
asing ke Brasil pun naik lebih dari dua kali lipat menjadi US$ 40 miliar
per tahun sejak predikat itu diraihnya pada 2008. Cina lebih fantastis
lagi. Setelah dua dekade meraih status layak investasi, arus modal asing
menggembung dari hanya US$ 11 miliar menjadi US$ 185 miliar.

Tantangan bagi kita, bagaimana duit yang kelak masuk semakin deras itu
tak sekadar menjadi uang panas yang sewaktu-waktu bisa kabur kembali ke
luar negeri. Kuncinya adalah bagaimana menarik minat para pemodal asing
untuk mau berinvestasi langsung di sektor riil, bukan sekadar membiakkan
duit di bursa saham atau pasar uang.

Pemerintah juga harus bekerja ekstrakeras menjawab dua catatan penting
dari Fitch, yaitu soal masih buruknya prasarana infrastruktur dan
tingginya tingkat korupsi. Niscaya, iklim investasi domestik akan kian
cerah. Berbagai peluang kerja tercipta, rakyat pun menikmati buah manis
kenaikan peringkat Indonesia.

http://epaper.korantempo.com/PUBLICATIONS/KT/KT/2011/12/20/ArticleHtmls/Predikat-Layak-Investasi-20122011003014.shtml?Mode=1

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar